SIXTY FOUR ✧ HIS SON

11K 611 1K
                                    

Jessi sudah pindah ke daerah pemukiman, bukan lagi di tempat terpencil. Waktu terasa begitu cepat, Vincent juga sudah menginjak sekolah dasar. Anak laki-laki itu tumbuh sebagai anak yang lembut dan penyayang. Jessi merasa sangat bangga bisa menghidupi anaknya sendirian. Beberapa kali Vincent bertanya soal ayahnya, Jessi hanya bilang bahwa ayahnya masih hidup, tapi ia bukanlah seorang ayah yang baik. Vincent dapat menerima jawaban itu. Ia tidak merasa sedih saat melihat anak-anak lain bersama ayahnya. Menurutnya, mamanya sudah lebih dari segalanya.

Jessi tidak menyangka Vincent tumbuh menjadi anak yang berpikiran dewasa dan pintar bersosialisasi. Anak itu seringkali membawa teman-temannya ke rumah, ia anak yang ramah.

Entah kenapa, Jessi teringat Felix. Sudah sangat lama ia meninggalkan Felix, Jessi merasa bersalah 'kabur' darinya. Setidaknya ia harus mengurus perceraian mereka. Tapi Jessi masih terlalu takut untuk menemuinya. Di lain sisi, Jessi merasa khawatir. Apa yang dilakukan Felix di sana? siapa yang menemaninya? Apa Felix baik-baik saja?

Jujur, ia benar-benar merasa kehilangan semuanya demi hidup berdua bersama Vincent. Ia kehilangan pekerjaannya, ia kehilangan teman-temannya, ia juga kehilangan Felix.

"Mama!!!"

Vincent yang memeluk Jessi dari belakang mengejutkannya dari lamunan. Jessi langsung tersenyum lembut,

"Anak mama udah pulang?? gimana sekolahnya?"

"Ma, temen Vincent ada yang bawa majalah ke sekolah, terus di gambarnya ada yang mirip sama mama!!"

Jessi tertawa geli mendengarnya, mirip katanya? kemungkinan besar foto yang dilihat Vincent memanglah foto Jessi.

"Oh ya?? cantik??"

"Cantik!! tapi mama lebih cantik!!! kata Rio juga mama cantik!"

Karena gemas, Jessi mencubit kedua pipi anaknya, lalu menciumnya.

"Ihh mama, jangan cium cium lagi, Vincent udah gede! malu tau!!" Jessi semakin tertawa mendengarnya, mungkin keputusannya untuk tinggal berdua bersama Vincent memang lebih baik dari segalanya.

"Yaudah Vincent ganti baju dulu sana, terus makan, habis itu kita pergi jalan-jalan ya!! besok Vincent libur kan?"

"YEAYYY!!!!"
Vincent berlari menuju kamarnya, tapi ia kembali lagi hanya dalam hitungan detik,

"Mama tapi Vincent gak mau ke mall lagii"

"Vincent maunya kemana??"

"Kemarin temen Vincent naik gajah maa, Vincent mau juga!!"

Jessi tersenyum geli, ia berhasil mencegah Vincent menjadi pribadi yang seperti Felix. Justru, Vincent lebih mirip dengan Jessi. Ia banyak bicara, ekspresif, serta periang. Jessi sangat bersyukur akan hal itu.

"Iya sayang, nanti kita ke kebun binatang yaa"

"YEAYY!! i love you mama!!"

Vincent mencium pipi Jessi dengan riang, lalu berlari lagi ke kamarnya. Jessi mengagumi anaknya, sungguh. Ia tidak sabar melihat Vincent untuk tumbuh dewasa dan menjadi anak yang sangat lembut kepada perempuan.

✧✧✧

Felix memandang gedung-gedung pencakar langit dari rooftop kantornya dengan tatapan kosong. Akhir-akhir ini ia sering menghabiskan waktu berdiri disini. Matanya menelisik jauh, mengamati dengan cermat tiap bangunan yang ditangkap panca indra nya. Ia tidak bisa berhenti bertanya pada dirinya sendiri, dimana wanitanya saat ini? dimana Vincent? apakah Vincent tau bahwa ayahnya adalah Felix? apakah Vincent pernah bertanya tentang dirinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang