Pukul sembilan malam, Jessi berbaring di tempat tidurnya, bayang-bayang Lidia dan Farhan masih menghantui pikirannya. Felix duduk di kasur, membuka beberapa kancing kemeja putihnya serta menggulung kedua lengannya. Ia menoleh ke belakang, memperhatikan Jessi yang sedang termenung, entah apa yang dipikirkannya, ia sering sekali merenung.
"Lo mikirin apa?"
Tidak ada jawaban, Felix malas mengulang pertanyaannya, tapi ia penasaran. Felix melanjutkan aktivitasnya, melonggarkan dasi yang dipakainya dengan asal, setelah itu ia melepas ikat pinggangnya.
CTASSSS!!!!
Jessi terkesiap mendengar suara itu, ia langsung duduk, memandang punggung Felix dengan takut. Felix sudah lama tidak menghukumnya atau melakukan hal yang berhubungan dengan BDSM dengannya, melihat Felix seperti ini langsung membuatnya was-was. Apa yang baru saja ia lewatkan? apa ia membuat salah? Jessi mencoba mengingat-ingat semua kejadian hari ini, dari mulai teman-temannya belum datang, setelah mereka pulang, lalu saat Felix mendapat meeting dadakan. Ia menyiapkan kemeja Felix saat suaminya itu berangkat, ia juga menyambutnya saat Felix pulang. Lalu apa salahnya? Jessi menarik napas dalam-dalam, menahannya, mencoba memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Felix.
"L-Lix..?"
Felix menoleh dengan senyuman hangat seakan tidak terjadi apa-apa.
"Hai, baru nyadar ya ada gue disini?"
Jessi mencoba mencerna kata-kata itu, tapi ia tidak mengerti sama sekali.
CTASSSS!!!!
Ikat pinggang itu beradu lagi dengan lantai.
"Jess, harus berapa kali gue bilang.. kalo orang nanya itu dijawab, sayang..."
Jessi merasakan bulu lehernya meremang saat Felix mendekat, mengusap pipinya dengan lembut. Otaknya seakan tidak dapat berfungsi secara tiba-tiba. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.
"M-maaf.."
Jessi menunduk, memutuskan pandangan dengan mata Felix yang menatapnya tajam. Jari telunjuk Felix yang lentik mengangkat dagunya, membuat Jessi terpaksa menatap wajah Felix yang menyambutnya dengan senyuman lembut, ya, lembut. Namun sorot matanya tajam.
"One more thing.. try to always look me in the eye. Is that understood?"
"Yes."
"Yes what?"
Jessi mengerjap, haruskah ia tetap memanggil Felix dengan sebutan itu? Sudah lama sekali Jessi tidak menggunakannya.
"Yes what? Jessica."
"Yes.. Sir.."
"Well.."
Felix kembali ke posisinya, membelakangi Jessi. Melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
"That's my good girl~"
Ucap Felix dengan mata terpejam sambil melepas dasi yang masih melingkar di lehernya. Ia kembali membuka matanya saat teringat pertanyaan pertamanya yang ditanyakan kepada Jessi. Jessi belum menjawab itu, ia pasti tidak dengar karena terlalu fokus dengan lamunannya, hal itu membuat rasa penasaran Felix semakin besar, sepenting apa lamunannya sampai Jessi tidak dapat mendengar ucapannya?
"Anyway Jess.. tadi lo lagi mikirin apa?"
Jessi mengernyit, lagi-lagi mencoba untuk memahami ucapan Felix. Ah, ia baru ingat beberapa saat yang lalu bayang-bayang kejadian siang tadi masih menghantuinya.
"Oh.. itu.."
"Gak mikirin sih, cuma keinget tadi siang aja."
"Maksud lo Farhan sama Lidia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...