FORTY FIVE ✧ EXHIBITIONIST

18.4K 511 19
                                    

Sebenarnya, mereka sudah sering melakukan hal-hal intim seperti berciuman dengan panas di depan satu sama lain, namun tidak pernah sampai having sex. Farhan dan Lidia pernah melakukannya saat mereka camping bersama. Namun semua sedang tidur, kali ini, semuanya berbeda. Mereka melihat Lidia dengan sadar. Jantungnya berdebar. Sementara Farhan menantinya dengan seringai. Tanpa pikir panjang, Lidia menarik tangan Farhan untuk berdiri, lalu membawanya ke luar.

"Han kamu gila ya? aku malu kalo di depan mereka!!"

Farhan menanggapi rengekan Lidia dengan tawa renyah, lalu mengusap puncak kepala gadis yang tingginya tidak sampai seratus lima puluh itu.

"Ngapain malu? kita udah sering loh having sex di depan orang."

Benar, mereka memang sudah sering melakukannya. Farhan seorang exhibitionist, tapi tidak dengan Lidia. Hanya saja gadis itu terbawa oleh Farhan, Farhan selalu berhasil membuatnya melakukan apapun yang ia inginkan. Dan tanpa ia sadari, suaminya juga telah merubahnya menjadi seorang exhibitionist. Melakukan sex di depan orang lain memicu adrenalinnya, membuat jantungnya berdegub lebih cepat. Membuatnya excited.

"Han tapi.. aku.."

"Ssshh"

Farhan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Lidia. Lidia bergerak mundur sampai punggungnya menyentuh pilar.

"Do it."

Dua kata dari mulut Farhan bagaikan mantra yang keluar dari tongkat penyihir. Lidia tidak bisa melawannya.

✧✧✧

Felix melihat adegan ciuman Farhan dan Lidia seakan sedang menonton pertunjukan teater. Seringaian puasnya tidak pernah pudar. Berkebalikan dengan Farhan dan Lidia, ia seorang Voyeur. Ia menganggapnya pertunjukan. Pertunjukan yang harus dinikmati.

Tangan Felix mencengkram pergelangan tangan Jessi yang sedari tadi berusaha menutupi matanya. Ia tidak mau membuat temannya merasa risih karena dipertontonkan.

Lidia menggigit bibir bawahnya, ia berusaha melupakan bahwa saat ini, ia sedang berada di tengah-tengah teman-temannya, ia menjadi pusat perhatian. Ah, ya, ia menjadi pusat perhatian. Hal itu membuat jantungnya berdebar jauh lebih cepat.

Lidia cenderung pasif, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Melakukan hal tabu di depan teman-temannya membuat otaknya membeku, kosong, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara Farhan justru melakukannya seperti biasa, seperti tidak ada seorangpun diantara mereka. Ia mencium Lidia tanpa ragu, menyesap lidahnya, menyusuri setiap inci bagian rongga mulutnya. Ciuman Farhan semakin dalam dan dalam, membuat Lidia perlahan-lahan lupa bahwa mereka sedang berada di tengah-tengah teman-temannya.

Farhan menghisap bibir bawah Lidia, menggigitnya pelan, membangkitkan gairah dalam gadis itu, membuatnya mulai membalas ciuman Farhan.

Sekita dua puluh lima menit mereka saling melumat, tak ada yang berbicara. Semua orang di ruangan itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Yuli tidak berani menutup mata, tidak juga menutup wajah dengan kedua tangannya, takut Lidia dan Farhan merasa tersinggung jika ia menutup matanya. Ia hanya menundukkan pandangan, terus menatap ke lantai, sesekali memperhatikan wajah teman-temannya secara bergantian. Mencoba memahami apa yang ada di pikiran mereka melalui ekspresinya. Yoseph cenderung datar, seperti biasanya. Begitu juga Kai, ia terlihat tidak begitu memperhatikan adegan sex yang dilakukan Lidia dan Farhan, sesekali ia malah memainkan ponselnya. Jane tersenyum meledek, ia terlihat puas, mungkin karena ia seringkali merasa kesal dengan Lidia, jadi ia merasa puas saat Lidia terkena akibat dari perbuatannya sendiri.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang