ELEVEN ✧ LIAR

55.2K 1K 37
                                    

"Blueberries!"

"Alright, your safe word is Blueberries. Don't ever forget your safe word, because i won't remind you."

Jessi hanya mengangguk angguk, kemudian beralih menatap keluar jendela mobil. Melihat gedung-gedung pencakar langit yang begitu tinggi. Entah bagaimana, pemandangan itu membuatnya ingin kembali bekerja secepat mungkin. Jessi sedang mengambil cuti selama satu minggu setelah pernikahan, tapi ia belum membicarakan hal ini pada Felix.

"Felix,"

"Hm?"

"Kalo gue tetep kerja gapapa kan?" Felix hampir mengerem mendadak, ia sontak menoleh kearah Jessi karena sejauh yang ia tahu, Jessi telah resign.

"Bukannya udah resign? mau apply di tempat lain atau gimana?"

"Sebenernya gak resign, cuma ambil cuti satu minggu."

"Terus, kenapa pas gue tanya bilang resign?"

Jessi berbohong, benar. Felix menanyakan hal itu saat hari pernikahan mereka, saat mereka baru selesai di rias, saat mereka belum membicarakan mengenai fetish Felix. Jessi sengaja berbohong supaya ia tidak merusak mood calon suaminya saat itu, terlebih lagi hari itu merupakan hari spesial mereka.

"Jawab."

Suara Felix berubah dingin, Jessi dapat melihat raut kekesalan di wajah Felix. Astaga, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Jessi bekerja sebagai model, dan Felix tidak suka itu, ia ingin Jessi berhenti bekerja dan cukup diam di rumah saja, tapi Jessi tidak mau, ia ingin menjadi istri yang tetap memiliki karir.

"Jessica, when i ask you, i expect an answer."

Jessi menelan ludahnya lamat-lamat, mulai takut dengan Felix yang mood nya sudah berubah.

"I-iya, waktu itu.. emang.. emang resign, terus.. gue di panggil lagi."

"Did you just forget about rules number two?"

Rules nomor dua, tidak ada kebohongan. Bagus sekali, Jessi malah menutupi kebohongan dengan kebohongan, ia memperburuk semuanya. Jessi menggigit bibirnya saat Felix mulai menatapnya serius, tidak berkedip sedikitpun.

"I'm sorry.."

Jessi menyerah, ia memilih untuk mengambil cara aman, ia tidak mau semua ini menjadi lebih sulit. Jessi tahu Felix marah, Felix paling tidak suka dibohongi karena ia sangat menjunjung tinggi kejujuran, Jessi dapat melihat rahang Felix mengeras, berusaha sebisa mungkin untuk tetap menahan emosinya.

Felix meluruskan kembali wajahnya, memejamkan mata sesaat sambil menghela napas.

"It's okay, you know what happens if you broke the rules anyway."

"Yes.." gumam Jessi sambil menundukkan kepalanya.

"..Sir." Felix menambahkan.

Ah, it's already started.

✧✧✧

Mereka berjalan menuju salah satu Mall besar yang cukup terkenal, Felix menemani Jessi berbelanja. Jessi seharusnya menikmati semua itu, Jessi senang berbelanja. Namun karena kebodohannya sendiri, ia mendapat masalah saat ini. Felix menyuruhnya untuk memakai vibrator yang getarannya di kontrol oleh tangan Felix. Dan yang lebih parahnya lagi, Felix tidak mengizinkannya untuk klimaks, ia juga tidak mengizinkan Jessi untuk mendesah.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang