FOUR ✧ RULES

63.6K 1.2K 29
                                    

"Felix"

Jessi berbicara sambil membelakangi Felix, setelah kejadian "hs" mereka, ia langsung minum banyak air, membersihkan dirinya, baru kemudian mengistirahatkan tubuhnya di tempat tidur.

"Hm?"

"I think we need to talk."

Felix yang awalnya tidak terlalu menaruh perhatian pada Jessi kini menatap punggung Jessi heran.

"About your pleasure? i know i'm very good at it."

Jessi langsung berdecak sambil memutar bola matanya saat mendengar ucapan Felix, suaminya itu, apakah setelah menikah yang ada dipikirannya hanyalah sex?

"Lo tuh gila ya?!"

Felix hanya terkekeh mendengarnya, lalu kembali memainkan game PSP nya.

"Felix!!! we need to talk!! stop dulu ngegame nya bisa gak sih?!"

"If so, then look at me! lo aja ngebelakangin gue gitu, apa yang mau diomongin."

Felix berucap dingin, tanpa melirik kearah Jessi sedikitpun. Setelah menghembuskan napasnya, barulah Jessi mengalah, ia berbalik dan memperhatikan Felix yang masih fokus dengan game nya. Ah, sekarang ia malah bingung harus mulai darimana..

"Felix.. i think.. i can't stand this.."

"Maksud lo?"

"Ya.. gue gak bisa ngikutin apa yang lo mau Lix.. gue gak mau jadi slave yang bakal selalu nurutin semua omongan lo tanpa timbal balik.."

"Tanpa timbal balik?"

Felix mengangkat salah satu alisnya, namun matanya masih fokus menatap layar yang menampilkan game favoritnya.

"So.. Jessica, mau lo gimana?"

"Y-ya.. gue mau kita normal-normal aja gitu, kayak Raisa sama Angga, atau Lisa sama Juan."

Keheningan mengambil alih suasana selama beberapa waktu. Felix masih fokus dengan gamenya, sementara Jessi bingung apa lagi yang harus ia ucapkan. Kemudian Felix menoleh, menatap Jessi serius.

"Gue udah bilang kan, gue gak mau jadi orang lain, gue mau jadi diri gue sendiri. Kalo lo gak suka.. kita bisa cerai. Dan menurut gue hubungan kita juga normal kok. Lo jangan naif Jess, gue tau lo juga suka sama apa yang gue lakuin, kalo ngga, lo gak bakal klimaks berkali-kali."

Pipi Jessi memerah seketika bagai kepiting rebus, sementara Felix tetap menatapnya fokus, menyunggingkan senyum miring karena Jessi sudah tak bisa bicara apapun lagi.

Entah setan apa yang melintas didekatnya, Felix tiba-tiba ingin menikmati Jessi lagi, padahal mereka baru selesai beberapa jam yang lalu. Tapi Felix menahan dirinya, ia takut hal itu malah memperburuk suasana hati Jessi. Felix mempunyai ide lain yang lebih baik, mungkin juga dapat disebut dengan solusi dari masalah mereka, tapi ia tidak tahu apakah Jessi akan menyetujuinya atau justru menolak pendapatnya mentah-mentah.

"Gini aja,"

Felix beranjak dari duduknya, lalu mengambil ponsel Jessi dan juga miliknya, ia menyerahkan ponsel Jessi, Jessi hanya menerimanya dengan raut wajah kebingungan.

"Kalo menurut lo gue bakal jadiin lo slave, kita buat kesepakatan biar lu gak ngerasa di rugiin."

"Kesepakatan apa?"

"Kita buat Rules."

"Hahha! itu sama aja– ah!"

"Denger dulu, Jessica.."

Jessi menggigit bibir bawahnya saat tangan Felix menggoda vaginanya dari luar legging yang dikenakannya.

"Felix.. ahhh.."

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang