EIGHTEEN ✧ LONELINESS

30.4K 688 26
                                    

Hari yang melelahkan berakhir sudah, satu hari penuh yang terasa bagai satu abad lamanya. Hari ini Jessi menjalani rutinitasnya seperti biasa. Ia akan pergi bekerja, begitu juga Felix. Jessi memasak pancake sambil termenung, memikirkan hari yang baru saja berlalu. Jessi tidak marah, ia tidak sedih, kenapa bisa seperti itu? Jessi paling tidak suka berada dibawah kendali seseorang, biasanya ia akan sangat marah, bahkan menaruh dendam kepada orang yang berusaha mengaturnya. Tapi kemarin Jessi tidak merasa seperti itu, ia tidak marah kepada Felix, ia tidak dendam, ia justru ingin hari itu terulang lagi. Jessi segera menggeleng-gelengkan kepalanya gusar.

Apa-apaan sih gue, mikir apa coba?! gila kali gue mau jadi slave dia lagi, dih ogah!

Tapi kenapa otaknya malah merekam ulang kejadian kemarin, saat jari-jari Felix bermain dengan vaginanya, saat Felix menarik tangannya selagi mendorong penisnya masuk, astaga Jessi sudah berubah menjadi perempuan yang mesum sekarang. Semua ini gara-gara Felix. Jessi merasakan cairan di bawah sana, ia membelalakkan mata tak percaya, apa-apaan?! ia basah hanya karena membayangkan kejadian kemarin dengan Felix? ia tidak percaya, ia pasti sudah gila!

Tiba-tiba otaknya menangkap satu kata yang tepat, masokis. Apakah ia seorang masokis? apa ia suka cara Felix yang kasar terhadapnya? apakah ia suka berada dibawah kendali Felix? tidak! ia bukan orang seperti itu, ia wanita rasional yang tidak akan membiarkan siapapun mengambil alih kendali atas dirinya sendiri.

✧✧✧

"Jess, i have something to discuss."

"What?"

"Gue lagi ada proyek di Bali, and i'll go there."

Jessi membelalakkan matanya terkejut, Bali katanya? kenapa begitu tiba-tiba?

"So sudden?"

"Yeah, i know it's hard for us to be separated like this but.. i can do nothing about it."

"How long?"

"A week, i guess. But i promise i'll be back as soon as possible."

"Alright, when you'll leave?"

"This morning."

"This morning??"

"Mm-hmm"

"But you haven't prepared anything."

"It's fine, i can buy there."

Jessi hanya mengangguk-angguk mengiyakan. Satu minggu tanpa Felix, ia tidak tahu harus merasa bagaimana, ia senang, setidaknya, ia kembali bebas. Tapi ia kecewa, entah apa alasannya, saat mendengar Felix akan pergi Jessi merasa sesak di dadanya, selain itu, ia juga merasa takut, ia takut Felix tidak akan kembali, ia takut Felix.. tidak! ia harus percaya pada Felix, Felix tidak mungkin tergoda dengan perempuan lain, ia yakin itu.

Entah sejak kapan, Felix memperhatikan raut wajah Jessi dengan teliti, wajah itu datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun, tapi Felix dapat melihat sorot kekecewaan di matanya.

"Kenapa?"

Suara Felix yang lembut membuyarkan lamunan Jessi. Gadis itu hanya tersenyum hambar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tell me, Jessi."

"Gapapa Lix. By the way, udah jam tujuh, lo take off jam berapa?"

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang