TWENTY ✧ IMAGINE

29.1K 664 29
                                    

"Do something."
"Just imagine i'm not here."

Jessi memejamkan matanya. Ia tidak pernah melakukan ini sendiri. Pertama kali ia masturbasi sendiri adalah saat Felix membimbingnya. Kali ini, ia harus benar-benar melakukannya sendiri. Ia tidak tahu. Ia tidak tahu harus bagaimana, tapi ia harus melakukan ini supaya Felix tidak memutus sambungan video call nya.

"Just imagine your fingers are mine, your hands are mine. What will you do with my hands? what you want me to do?  show me how you like it."

"I'm not here. Play with yourself, don't bother me, don't bother my voice. Just play as you want."

Dengan mata terpejam, Jessi membayangkan Felix menyentuhnya, menyentuh vaginanya, memberikan sentuhan melingkar yang menggoda, kemudian bergerak naik turun. Lalu menepuk-nepuknya perlahan, kemudian mencubit klitorisnya.

"Yeah, just like that baby. Don't bother me. Just imagine i'm the one who touching you."

Jessi mulai memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginanya yang sudah mulai basah, lagi-lagi, ia membayangkan Felix lah yang melakukannya. Felix suka menggoda, ia mengeluarkan jarinya kemudian memasukkannya lagi separuh, lalu ditariknya lagi keluar.

"Ahhh Felixxx!"

"Yess, just like that, call my name."

Selagi jari tengahnya bermain-main dengan bagian bawahnya, tangan kiri Jessi bergerak meremas payudaranya sendiri, kuat, seperti remasan yang biasa diberikan Felix untuknya. Ia mendesah lagi, ia tidak tahan.

"Oh, you like it. You really like it when i squeeze your breast that rough."

"Yeahh ahh yeshh Sirr i like itt!!"

Felix cukup terkejut melihat Jessi menikmati permainannya sendiri, bahkan Jessi sampai mengakui bahwa ia menyukai apa yang Felix lakukan. Akal sehatnya pasti sudah tidak berjalan saat ini. Ah, melihat Jessi seperti ini tidak buruk juga. Begitu terangsang, begitu liar, mendesah dengan kerasnya, mengakui segalanya tanpa berfikir. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah kenikmatan. Ia dapat memanfaatkan situasi seperti ini di lain waktu.

Jessi terus mengeluar masukkan jari tengahnya, semakin lama semakin cepat, ia juga memilin milin putingnya, sesekali mencubitnya kuat atau bahkan menariknya. Jari tengah Jessi bergerak semakin cepat dan cepat, lalu ia menambahkan jari lainnya, tiga jari sekaligus. Membuat Felix terkejut bukan main. Jessi selalu kesakitan setiap kali Felix memasukinya dengan tiga jari, tapi kali ini? ia melakukannya tanpa kemauan Felix, tanpa diperintah, ia melakukannya atas kemauannya sendiri.

"Ahh Akhh Felixxhh stophh akh it-it's hurt me!!"

Lagi-lagi, Felix dibuat terkejut oleh Jessi. Felix dapat melihat Jessi kesakitan, tapi Jessi menyukainya, tangannya bergerak semakin brutal, ia menarik putingnya kuat, lalu meremas payudaranya kencang, bahkan ia mencekik dirinya sendiri. Felix benar-benar syok dibuatnya. Felix tidak tahu bahwa Jessi menyukai nya, Felix tidak tahu bahwa Jessi seorang masokis. Gadis keras kepala itu selalu menyangkalnya.

"I see, so.. this is what you want."

Jessi tidak menanggapi Felix, ia benar-benar menganggap Felix tidak ada disana, tidak menonton Jessi. Ternyata membiarkan Jessi bermain sendiri tidak buruk juga. Ia dapat mengungkap siapa Jessi yang sebenarnya, yang disembunyikan gadis itu.

"AHHH FELIXHH I- AHHH I'M GONNA CUM! I'M GONNA CUM! AHHHH!!!"

Felix hanya menonton dengan seringaian puas di bibirnya, Jessi pelepasan. Ia langsung terkujur lemas di kasurnya. Tapi Felix tidak mau Jessi berhenti sampai disitu. Felix memerintahkan Jessi untuk kembali bangun.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang