28. Your Favorite FBI.

119 38 10
                                    

Nirmala.

Pokoknya aku harus mencari tau apakah Galen benar-benar menaruh hati padaku atau tidak. Kalau tidak, aku mau tau, bagaimana sih tipenya Galen? Aku mau memantaskan diri.

Hadeh. Geli banget deh kamu, La.

Sumber pertama yang paling ingin aku tanyakan pendapatnya tentu saja adalah Lisa. Bagaimanapun, dia cukup dekat dengan Galen. Mungkin saja dia tau sedikit tentang kisah cintanya Galen. Tapi sayangnya semalam dia langsung pulang setelah menyambut Kak Arlan. Dan dia pulang karena diusir Kak Arlan.

Ya begitulah Kak Arlan. Dia nggak peduli mau itu cewek, cowok, bahkan adiknya sekalipun. Kalau dirasa mengganggu hidupnya, maka akan diusir gitu saja.

Aku ingat betul dulu ada yang pernah bilang kalau Kak Arlan adalah seorang aktor yang bekerja di rumah sakit. Saat di rumah sakit, dia akan berakting layaknya seorang malaikat yang perhatian dan peduli kepada orang lain, terutama kepada pasien-pasiennya. Tapi jika sudah di luar rumah sakit, dia akan menjadi Kak Arlan yang sesungguhnya -- yang cuek dan tidak mau ikut campur dengan masalah orang lain.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Hari ini aku sudah siap dengan peralatan perang rahasiaku. Sepulang mengajar, aku langsung pergi ke Salihara Art Center di daerah Pasar Minggu untuk menjalankan misi rahasiaku.

Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan sebuah e-ticket dari Galen. Ia mengundangku untuk datang ke acara pameran lukisan yang akan diselenggarakan pada sore ini sampai jam 8 malam. Di sana akan terpajang beberapa lukisan dari para seniman berbakat di Indonesia, dan salah satunya adalah Galen.

Saat itu, tanpa berpikir panjang tentu saja aku langsung mengatakan bahwa aku akan datang. Diundang oleh Galen untuk hadir di momen penting seperti ini adalah hal yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Tapi, tadi pagi aku berubah pikiran. Aku mengirimkan pesan kepada Galen bahwa hari ini aku ada acara keluarga dadakan sehingga tidak bisa hadir di acara pameran tersebut. Dan Galen hanya membalas pesanku dengan 'Ok'.

Dasar Galen. Kayaknya dia baik-baik saja walaupun tidak ada aku di sekelilingnya. Hanya 'Ok' katanya? Hah. Lihat saja.

Sesampainya di art center, aku langsung lari ke toilet untuk mengganti baju dan memakai peralatan perangku.

Sebaiknya kamu berhati-hati ya, Galen. Karena sekarang aku akan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentangmu.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku mengambil booklet yang memuat informasi mengenai hasil lukisan Galen.

Aku melihat-lihat dan membaca isi booklet itu. Sesuai dugaan. Semua tentang karya Galen baik lukisan serta makna dari lukisan tersebut sangat indah. Sama seperti yang menciptakan.

Seni memang pantas untuk Galen. Dan Galen sama indahnya dengan seni itu sendiri. Jadi makin sayang, hehe.

"Hallo Galen" ucapan seorang perempuan sontak membuatku langsung mengumpet di balik meja tempat berbagai booklet diletakkan.

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang