4. Question.

180 57 18
                                    

Nirmala.

Jujur saja, pengalamanku tentang dicintai seseorang itu sangat minim. Sebaliknya, pengalamanku mencintai orang lain sangat maksimum. Apalagi mencintai dalam diam. Aku juaranya.

Umurku sudah hampir menginjak 24 tahun, dan selama itulah aku hidup tanpa pasangan.

Jika diingat-ingat, sebelumnya ada sekitar 3 cowok yang pernah menyukaiku dan telah menyatakan perasaannya padaku. Tapi aku tolak semua.

Apakah aku pemilih? Sebenarnya tidak juga. Tipe idealku saat itu tidak muluk-muluk : asal dia tidak merokok, tidak suka mabuk-mabukan, baik kepada sesama, dan menghargai orang lain terutama orang yang lebih tua, dia bisa memenangkan hatiku.

Tapi kenyataannya sulit menemukan orang seperti itu di Jakarta. Sangaaat sulit sampai rasanya kayak 'mending jomblo dulu saja, deh. Sendirian nggak akan bikin aku mati, kok'.

Apalagi sekarang tipe idealku bertambah : kaya raya, setia, dan pekerja keras. Semakin susah deh kisah percintaanku.

Tapi begitu Galen hadir kembali di hidupku, dengan segala tingkah absurd dan SKSD-nya yang belum berubah. Dengan kecintaannya pada olahraga dan seni yang masih membara. Aku akhirnya merubah tipe idealku yang terlalu idealis itu.

Selama itu Galen, semua bisa dibicarakan baik-baik. Hehe.

"Oi, Nirmala!" panggil Galen tak lama setelah mata kami bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oi, Nirmala!" panggil Galen tak lama setelah mata kami bertemu.

Aku hanya bisa membeo begitu dipanggil Galen. Nggak nyangka, niat mampir ke galeri seni untuk mengisi waktu luang selama weekend malah membuat kami bertemu di sini. Semoga ini pertanda kami jodoh, deh.

"Hei" Galen menghampiriku dengan wajah sumringah. "Ngapain di sini? Suka lukisan juga?"

"Ehm.. Nggak.. Itu.. Aku lagi nemenin teman" jawabku jujur. Memang awalnya aku tertarik ke sini ya karena ajakan teman SMA-ku, Lisa namanya.

Lisa itu pecinta seni terutama lukisan, sama seperti Galen. Sudah berjuta-juta kali dia mengajakku ke museum atau galeri demi hasrat seninya, tapi berjuta-juta kali itu juga aku selalu menolak hanya karena satu alasan, yaitu mager.

Alasan yang kurang ajar memang. Untung Lisa tipe yang bodo amat-an. Jadi dia nggak pernah marah atau kecewa saat aku tolak ajakannya. Atau mungkin selama ini dia pura-pura bersikap tidak kecewa? Entahlah.

Aku bukan tipe orang yang mudah membenci sesuatu. Tapi khusus untuk hal ini adalah pengecualian : Aku benci keluar rumah untuk alasan apapun, termasuk pergi shopping. Aku benci jika ada aktifitas yang membuatku jauh dengan tempat ternyamanku -- kamar dan kasur. Aku hanya ingin rebahan dan nggak melakukan apapun, tapi tetap disayang dan dimanja layaknya kucing rumahan.

Tapi kenyataannya aku ini ditakdirkan sebagai manusia yang harus terus bergerak, berpikir, dan bekerja keras agar bisa bertahan hidup. Mungkin jika suatu hari aku diberi kesempatan untuk lahir kembali, aku akan minta Tuhan untuk jadi kucing rumahan saja.

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang