Galen.
Sambil memegang stir, aku menatap lurus ke arah jalan yang cukup ramai. Walaupun sekarang mobil sedang berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, aku tetap tidak berani melirik ke arah kiriku, tempat di mana kini Nirmala berada.
Tepat setelah urusan rumah sakit Nirmala dan keluarganya selesai, aku izin kepada Arlan untuk meminjam Nirmala sebentar.
Entahlah. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi tadi aku bisa melihat dengan jelas kebingungan di raut wajahnya, apalagi setelah Ia melihatku berada di ruangan kakaknya sebagai seorang pasien. Walaupun aku belum terlalu siap, tapi aku merasa perlu menjelaskan ini semua padanya.
Membuat orang lain mengetahui 'kekuranganku' ini adalah hal terakhir yang ingin ku lakukan. Bahkan, jika memungkinkan, sampai mati pun aku ingin tidak ada satu pun orang yang mengetahui ini kecuali keluargaku sendiri. Tapi untuk Nirmala, kenapa aku ingin dia mengetahui ini lebih lanjut? Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita, dan aku ingin tau bagaimana responnya. Aku akan siap jika Ia menjauhiku karena masalah ini, dan aku akan lebih siap jika Ia memilih tetap berada di sisiku -- seperti dulu.
Aku berdehem. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Aku rasa menyalakan radio atau MP3 adalah hal yang tepat, daripada larut dalam keheningan seperti sekarang.
"Jangan" cegah Nirmala sambil menahan tanganku yang akan menekan tombol penyetel radio. "Aku suka ketenangan"
Aku menghela napas. Ada apa dengannya? Dia tampak menunggu sesuatu, dan dia tampak penasaran. Tapi kenapa dia tidak bertanya apapun padaku? Kenapa dia menahannya?
Aku memilih untuk menepikan mobil ketika melewati suatu perumahan di daerah Blok M. Karena Arlan sangat professional pada pekerjaannya sehingga dia tidak akan menceritakan hal ini pada siapapun, ditambah Nirmala yang tidak berniat menanyakan apapun padaku, jadi aku memutuskan untuk menceritakan ini semua pada Nirmala.
"Tanyakan saja semua yang ingin kamu ketahui" akhirnya aku membuka suara.
"Apa? Tiba-tiba?" tanyanya bingung.
Aku tersenyum. "Sejak kamu melihatku ada di ruangan Arlan, aku tau kalau kamu ingin menanyakan sesuatu padaku. Kenapa kamu menahannya? Tanyakan saja"
Nirmala terlihat menelan ludah. "Nggak. Nggak perlu. Aku bisa menahan rasa penasaranku"
"Kenapa?" tanyaku heran.
Nirmala menengok ke arahku. "Karena kamu Galen. Aku kenal kamu. Kamu kan tidak suka jika ada orang yang mengetahui kehidupan pribadimu. Aku tidak ingin menjadi orang yang tidak kamu sukai. Lagipula aku bukan sensus, aku tidak ada urusan dengan privasimu itu"
Aku tertawa mendengar jawabannya, lalu mengacak rambutnya gemas.
"Ya sudah kalau kamu nggak mau tanya. Biar aku saja yang cerita ke kamu" ujarku lalu mencoba mengatur napas. "La, aku adalah Aa'"
KAMU SEDANG MEMBACA
Things That We Didn't Say [END]
Fiction généraleRANKING : 1 #IU [24 November 2021] 7 #VIU [15 September 2021] 69 #VBTS [25 Februari 2022] 98 #Dream [23 September 2021] 100 #Friendzone [23 Sept 2021] Secara mengejutkan Nirmala bertemu kembali dengan Galen, cinta pertamanya semasa SMA. Kini mereka...