30. My Favorite Psychologist.

127 39 11
                                    

Penulis.

Seperti biasa, malam ini Nirmala dan Kak Arlan menonton acara TV favorit mereka yang selalu tayang pada malam hari, yaitu Tonight Show

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, malam ini Nirmala dan Kak Arlan menonton acara TV favorit mereka yang selalu tayang pada malam hari, yaitu Tonight Show.

Tampak Kak Arlan yang sedang duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di hpnya dan Nirmala yang memilih duduk di lantai beralaskan karpet sambil mengerjakan soal-soal psikotes.

Nirmala terus membolak-balikkan soal tersebut, kemudian menghembuskan napas dengan kasar. Ia tampak resah. Bukan karena soal di hadapannya yang tingkat kesulitannya bertambah sekian persen karena ditulis dalam bahasa Inggris, tapi karena pertemuannya dengan Galen hari ini yang membuatnya tidak bisa konsentrasi dengan soal-soal di depannya.

Kak Arlan jujur terganggu dengan gerakan Nirmala yang terkesan rusuh itu. Terlebih, ketika sedang menonton TV hal itu membuat matanya mau tidak mau juga akan menangkap segala pergerakan Nirmala yang sedang duduk di depannya.

"Dek, rusuh banget sih daritadi gerak-gerak terus? Soalnya susah ya?" tanya Kak Arlan pada akhirnya.

Nirmala memanyunkan bibir lalu menghadap ke arah Kak Arlan. "Kak. Mungkin nggak sih ada orang umur 24 tahun tapi nggak pernah kepikiran untuk jatuh cinta?"

Salah satu alis Kak Arlan terangkat setelah mendengar pertanyaan aneh Nirmala. "Siapa? Kamu?"

"Bukan lah" jawab Nirmala cepat. "Temanku"

"Mungkin mungkin saja. Buktinya temanmu bilang begitu, kan?" jawab Kak Arlan tak acuh.

"Ihhh kakak!" omel Nirmala. "Maksudnya wajar nggak sih kayak gitu? Masa sudah hidup 24 tahun tapi nggak tertarik untuk berhubungan sama lawan jenis?"

"Kamu ditolak cowok dengan alasan konyol seperti itu?" tembak Kak Arlan kemudian.

Nirmala sontak memukul kaki Kak Arlan dengan keras. Kalau dipikir-pikir, iya juga sih. Kok kesannya seperti Galen yang menolak Nirmala dan semua itu hanya alasan saja. Tapi kan, Nirmala tadi nggak nembak Galen. Galen yang tiba-tiba bicara seperti itu.

"Aku nggak pernah nembak cowok tau!" bantah Nirmala kemudian yang dibalas tawa renyah dari Kak Arlan.

"Ya sudah sih kalau nggak pernah, kenapa marah?" goda Kak Arlan. "Lagian kamu pasti tau kalau itu hal yang tidak wajar, tapi kamu tetap mencari pembenaran dengan bertanya ke kakak kan?" jawab Kak Arlan kemudian.

Rasa jengkel Nirmala mulai mereda. "Terus apa pendapat kakak tentang hal itu?"

"Dia pasti pernah merasakan jatuh cinta, tapi dia mengelak. Makanya jawabannya begitu"

"Tapi, Kak. Kalau dari omongan dia tuh ya, kayaknya dia tuh takut gitu loh untuk jatuh cinta. Kenapa ya?"

Kak Arlan berhenti memainkan hpnya. "Mungkin orang yang dia suka bentuknya serem kali, kayak kamu"

"Kakaaak! Aku lagi serius" Nirmala melempar bulpen dan mengenai lengan Kak Arlan.

Kak Arlan tertawa sambil mengelus lengannya yang sakit karena terkena bulpen. "Lagian ngapain kamu ngurusin masalah orang? Fokus saja ke masalah kamu sendiri"

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang