6. Bad Day.

159 56 14
                                    

Nirmala.

Aku kembali ke ruanganku dengan perasaan campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kembali ke ruanganku dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan kecewa dan gemas saat melihat respon Galen terhadap perilaku anehku tadi.

Jujur saja, bukan respon itu yang aku harapkan dari Galen. Aku hanya ingin dia bisa merasakan sedikit saja perasaan sukaku padanya.

Kok bisa-bisanya sih Galen nggak kepikiran kalau tadi itu aku salah tingkah? Malah mikir kalau aku mirip Pak Dion yang penakut lagi. Aku kan nggak mau disamakan sama orang nggak jelas macam Pak Dion. Nggak level.

Kayaknya Galen nggak pernah merasakan jatuh cinta sepihak atau jatuh cinta diam-diam seperti yang selalu aku rasakan, deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayaknya Galen nggak pernah merasakan jatuh cinta sepihak atau jatuh cinta diam-diam seperti yang selalu aku rasakan, deh. Dengan wajahnya yang lumayan tampan, keuangannya yang bisa dibilang di atas rata-rata, penampilannya yang fashionable, dan sifatnya yang hangat kepada siapapun, dia pasti bisa mengambil hati siapapun tanpa harus memendamnya bertahun-tahun karena takut ditolak seperti yang ku lakukan selama ini.

Bertemu Galen memang selalu berhasil menguras tenagaku. Apa karena setiap di dekatnya jantung dan otakku mendadak akan bekerja lebih keras dari biasanya?

Kalau memang itu alasannya, bisa nggak sih yang bekerja lebih keras itu sifat rajinku saja?

Aku mengacak rambutku frustasi. Terlebih, kini di hadapanku terdapat layar laptop yang menampilkan email berisi penolakan dari 2 perusahaan yang pernah ku lamar beberapa hari lalu. Padahal aku melamar 2 perusahaan tersebut di hari yang berbeda, tapi kenapa mereka menolaknya barengan gini sih?

Aku mengangkat kedua tanganku setinggi mungkin, berdoa. Ya Tuhan, aku nggak mau lama-lama di sekolah ini. Apalagi dengan kehadiran Galen sebagai guru baru di sini. Benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung dan otakku.

Bu Rina yang baru datang jelas heran melihat kelakuanku saat ini. "La, sehat?"

Aku mengerucutkan bibir lalu menghampiri dan memeluknya sambil menangis.

"Aduuhhh.. Adik kecilku kenapa ini? Pagi pagi kok sudah nangis" tanya Bu Rina sambil membalas pelukanku.

Tak lama, aku merasakan elusan di punggungku yang anehnya malah membuat tangisanku semakin menjadi-jadi.

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang