49. Strange (2).

104 37 13
                                    

Penulis.

Nirmala tampak berjalan ke arah ruang keluarga dengan raut wajah bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nirmala tampak berjalan ke arah ruang keluarga dengan raut wajah bingung. Ia terlihat mencari sesuatu.

"Kak, lihat kartu undangan pernikahan temanku nggak? Warna emas gitu" tanya Nirmala sambil mengecek kolong meja.

"Ini?" tanya Kak Arlan sambil menunjukkan kartu berbentuk persegi yang sudah terlihat lecek itu.

Nirmala sontak merebut kartu itu dari tangan Kak Arlan. "Iiiih. Kok ada bekas kelipet gini sih, Kak?"

Kak Arlan mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Nggak tau tuh, padahal cuma dipakai untuk kipas-kipas dikit malah jadi gitu bentuk kartunya"

"Duuuh, ya ampun. Padahal ini kartu baru saja dikasih tadi siang sama Bu Eva. Malah dijadiin kipas. Jadi lecek, kan" gerutu Nirmala sambil mengelus dan menekan bagian kartu yang lecek dengan harapan bentuk kartu tersebut akan kembali bagus seperti semula.

"Ya maaf. Lagian itu kan kartu doang, Dek. Lebay amat" ucap Kak Arlan tanpa rasa bersalah.

Nirmala menatap Kak Arlan emosi. "Kartu doang kata kakak? Asal kakak tau ya, ini adalah kartu pertama yang ditujukan untuk Nirmala dan pasangan. Nih, lihat" ucap Nirmala sambil menunjukkan tulisan yang dia maksud.

"Mana? Nggak keliatan, tuh. Burem" jawab Kak Arlan. "Ck, pasangan apanya. Kamu kayaknya sudah yakin banget ya sama Galen?"

"Ya iyalah.. Aku nggak mungkin pacaran sama orang yang nggak aku percayai"

Kak Arlan yang awalnya berada di kursi langsung ikut duduk di lantai bersama Nirmala agar posisi mereka bisa lebih dekat lagi. "Dek. Sumpah ya, aku sama sekali nggak iri sama hubungan kalian. Aku nggak peduli mau adikku punya pacar duluan dan aku belum. Tapi jujur saja, setelah dipikir-pikir, aku kurang setuju jika kamu bersama Galen"

Nirmala langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Kak Arlan dengan penuh tanda tanya. "Selama ini kakak nggak pernah komentar apa-apa tentang aku dan Galen, tuh. Kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu?"

Kak Arlan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hmm gimana, ya. Kamu tau kan kalau Galen itu punya masa lalu yang cukup berat? Dan sampai sekarang dia masih berobat kepada kakak karena traumanya belum juga sembuh. Jadi..."

Kak Arlan tiba-tiba menggantung ucapannya. Wajahnya terlihat bingung, mungkin Kak Arlan sedang memikirkan kata-kata apa yang pas untuk disampaikan kepada Nirmala.

"Kenapa nggak dilanjutkan, Kak? Aku masih dengerin kamu loh" tanya Nirmala penasaran.

"Ya intinya kakak nggak mau kamu berhubungan sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya. Karena itu melelahkan, La"

Nirmala tersenyum sambil menepuk pundak Kak Arlan. "Tenang saja, Kak. Aku kan sudah tau mengenai traumanya. Aku juga pernah lihat dia kambuh. Dan sekarang aku masih baik-baik saja kan? Aku nggak merasa lelah sama sekali sama hubungan ini"

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang