54. Lift Talk.

114 34 22
                                    

Penulis.

Nirmala berlari sampai depan lift dengan napas terengah-engah. Demi apapun. Bagi Nirmala, dari semua binatang yang ada di dunia ini, kecoak terbang adalah yang paling menyeramkan.

Ia terus-terusan menekan tombol lift. Masih tidak menyangka, bisa-bisanya ada binatang itu di dalam toilet Kak Arlan. Padahal, toiletnya sangat bagus seperti toilet VVIP.

Dih, ngaco. Memangnya ada toilet VVIP?

Nirmala langsung masuk ke dalam begitu liftnya terbuka. Namun, tiba-tiba pintu lift yang belum tertutup sempurna itu ditahan oleh sebuah tangan hingga akhirnya terbuka kembali.

Nirmala memandang sosok di balik pintu lift itu dengan tatapan tidak nyaman. Sebenarnya, saat ini dia berlari bukan hanya untuk menghindari kecoa terbang, tapi juga untuk menghindari sosok yang kini masuk ke dalam lift dan menekan salah satu tombol agar lift tertutup.

 Sebenarnya, saat ini dia berlari bukan hanya untuk menghindari kecoa terbang, tapi juga untuk menghindari sosok yang kini masuk ke dalam lift dan menekan salah satu tombol agar lift tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ehem" Galen yang awalnya berdiri di depan Nirmala pun mundur beberapa langkah hingga punggungnya menyentuh dinding lift.

Kini, posisi Galen tepat berada di belakang Nirmala.

Samar-samar Nirmala mendengar Galen bersenandung, "Dinda jangan marah-marah.. Takut nanti lekas tua.."

Nirmala memutar kedua bola matanya dan refleks menengok ke belakang tempat Galen berada. Ini orang sedang menyindirnya, ya?

"Apa? Namamu Dinda?" tanya Galen pura-pura polos.

Nirmala memilih tidak menjawab dan akhirnya hanya bisa menghela napas. Kayaknya percuma deh ngeladenin Galen. Yang ada malah semakin naik darah.

Sialnya, tak lama setelah itu, lift yang mereka tumpangi berhenti mendadak. Lampu lift pun juga ikut mati. Tapi, baik Nirmala maupun Galen hanya kompak terdiam, karena masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Galen menyalakan senter dari hpnya dan mengarahkannya pada wajah Nirmala. "Apa kamu takut gelap?"

"Nggak" jawab Nirmala sambil menyipitkan mata karena silau. "Bisa nggak sih senternya disingkirin? Silau tau nggak?" lanjutnya sambil menyingkirkan tangan Galen.

"Oh, oke" balas Galen sambil mematikan senternya. Lift pun kembali terasa gelap gulita.

Nirmala membatin. Dasar Galen si manusia bodoh. Maksud Nirmala kan agar Galen untuk tidak mengarahkan senter itu ke wajahnya. Tapi kenapa malah dimatiin?

Ujung mata Nirmala menangkap gerak-gerik Galen yang kini menekan tombol emergency. "Hallo? Apakah ada orang di sana? Tolong kami. Ada dua orang terjebak di lift"

"Ada, Pak. Baik, kami akan segera mengecek dan memperbaikinya. Mohon maaf sebelumnya, silahkan ditunggu" balasan pun terdengar, entah sumber suaranya berada di mana.

Ya setidaknya, ada yang menjawab permintaan tolongnya. Karena walaupun mereka berdua tidak ada masalah apapun dengan ruang gelap dan sempit, tapi tentu saja terlalu lama berada di lift tidak baik untuk pernapasan mereka.

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang