31. Angry.

109 40 16
                                    

Nirmala.

Kemarin sore aku telah selesai melakukan tes psikotes online yang dilakukan oleh perusahaan Singapura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin sore aku telah selesai melakukan tes psikotes online yang dilakukan oleh perusahaan Singapura.

Dan hari ini, aku berada di salah satu restaurant di daerah Senopati untuk mentraktir Lisa dan Galen. Bukan karena aku yakin bahwa aku akan lolos, tapi aku ingin berterima kasih saja kepada mereka yang telah membantuku untuk belajar.

Jujur, soal psikotesnya tuh susah banget. Kebanyakan dari soal tersebut merupakan soal aritmatika yang harus menggunakan logika untuk menjawabnya. Boro-boro bisa menjawab soal tersebut dengan benar. Yang ada aku babak belur karena harus mengerjakan soal logika aritmatika berbahasa inggris.

Lagipula, selama ini kan aku jarang menggunakan logikaku. Buktinya, aku masih saja suka sama sosok di hadapanku yang sedang menyantap makanan pilihannya dengan nikmat.

Sialan memang Galen dan Lisa. Bisa-bisanya mereka memintaku untuk mentraktir mereka di restaurant mewah seperti ini. Bahkan untuk memesan makanannya pun aku kesulitan karena tidak bisa mengeja tulisannya dengan benar.

Jangan kalian tanya berapa harganya. Tampaknya, khusus bulan ini aku tidak menabung dulu.

"Kok dilihatin saja makanannya?" tanya Lisa heran. "Makanan di sini enak-enak banget, loh. Kamu coba, deh"

Aku mengangguk kikuk lalu mencicip sedikit makanan yang ku pesan itu -- yang jujur saja aku tidak tau pasti itu makanan apa dan terbuat dari apa saja.

Mataku sontak membesar setelah mencicipi makanan tersebut. Aku lanjut memakan makanan tersebut dengan suapan yang cukup besar. Wah, ini mah makanan rasa surga. Enak banget!

Kalau begini ceritanya, aku rela tidak menabung dulu bulan ini. Makanan ini terlalu enak untuk tidak dicoba.

"Enak?" tanya Galen kemudian masih dengan mengunyah makanannya. Ih, orang mah ditelen dulu baru ngomong. Dasar jorok.

Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaannya.

"Tentu saja. Ini kan restaurant langganan kita. Iya kan, Gal?" sambar Lisa.

Aku berdecih dalam hati. Langganan kita katanya? Ini orang cuma temenan tapi kedekatannya cukup bikin makan hati, ya.

"Tentu saja" Galen mengangguk setuju. "Tapi yang paling buat aku nggak nyangka, Nirmala ternyata suka makanan dari babi, ya?"

Aku dan Lisa tersedak begitu mendengar ucapan Galen.

"Daging babi? Memangnya kamu pesan menu apa?" tanya Lisa kemudian, tampak shocked.

Melihat wajah Galen yang tampak tidak sedang bercanda, aku mendadak takut menjawab pertanyaan Lisa. Kalau aku menjawab nama menunya dan ternyata itu benar mengandung babi gimana?

"Dia pesan gamjatang" Galen bersikap seolah-olah sebagai juru bicaraku. "Begini. Gamjatang itu terbuat dari pork bone. Kamu tau? Bone itu tulang, dan pork itu babi. Yang tandanya, itu adalah sup tulang babi"

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang