Nirmala.
Sambil berjalan di belakangku, Pak Dion bercerita bahwa semua ini bermula saat dirinya tidak sengaja ketiduran di musholla hingga akhirnya baru terbangun pukul tiga siang. Saat balik ke ruangannya, ternyata ruangannya sudah dalam keadaan terkunci.
"Biasanya kami memang mengunci pintu saat tidak ada orang yang menjaga ruangan. Karena saat itu motor Galen masih ada di parkiran, jadi saya menunggunya seperti orang bodoh di depan pintu" ceritanya walaupun dalam keadaan ngosh-ngoshan.
"Iya motornya masih ada di parkiran" jawabku masih sambil menaikki anak tangga.
"Lalu saya tunggu sampai setengah jam lebih, kok nih anak nggak balik-balik ya. Saya telepon deh, ternyata hpnya ada di dalam ruangan. Saya akhirnya ngintip dari jendela. Pak Galen ternyata ada di dalam, sedang duduk di lantai. Saya panggil-panggil dia nggak jawab. Pas saya ketuk pintu sama jendela, dia tiba-tiba teriak sambil nutup telinga gitu. Serem banget deh"
Setelah mendengar cerita Pak Dion, tiba-tiba aku teringat dengan masa kecilku saat pertama kali bertemu dengan Galen. Saat itu dia bertingkah kurang lebih persis seperti yang Pak Dion ceritakan. Jangan-jangan saat ini Galen sedang kambuh?
Aku sudah berada di depan ruang guru lantai 2, ternyata di sana sudah ada beberapa petugas kebersihan dan satpam yang berjaga di depan.
"Kok rame?" tanyaku pada Pak Dion.
"Ya saya kan memang sengaja memanggil semua orang yang masih ada di sekolah. Tapi yang tersisa tinggal mereka itu saja" jawab Pak Dion lalu berjalan di belakangku sambil memegang pundak kanan dan kiriku.
"Ih! Ngapain sih?" omelku sambil mencoba melepas pegangannya di pundakku.
"Takut saya tuh"
"Ya sudah pulang saja sana kalau takut!" ketusku.
"Gimana saya mau pulang, Bu Pooh? Kunci motor saya ada di dalam"
Aku berdecak kesal lalu mengintip Galen melalui jendela. Posisi duduknya masih sama seperti yang diceritakan Pak Dion tadi. Dia juga masih menutupi telinganya, membuat ingatanku mengenai Galen kecil semakin nampak jelas -- di mana saat itu Galen hanya ingin menyendiri di kamarnya dan akan menghindari orang asing.
Ya ampun, Galen.. Kenapa tiba-tiba dia jadi begini?
"Di antara kalian apakah ada yang tau nomor pemuka agama yang dekat dari sini?" tanya Pak Dion kemudian.
Aku menatap Pak Dion bingung. Kok malah nanya nomor pemuka agama sih? Ini mah butuhnya psikolog, kali.
"Yang agamanya apa, Pak? Biar saya tanya ke orang sekitar sini" tanya salah seorang petugas kebersihan sekolah.
"Agama apa saja, deh. Bukannya sama saja?"
"Eh.. Nggak usah. Aku punya nomor seseorang, biar aku saja yang menghubungi" sahutku cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things That We Didn't Say [END]
Ficção GeralRANKING : 1 #IU [24 November 2021] 7 #VIU [15 September 2021] 69 #VBTS [25 Februari 2022] 98 #Dream [23 September 2021] 100 #Friendzone [23 Sept 2021] Secara mengejutkan Nirmala bertemu kembali dengan Galen, cinta pertamanya semasa SMA. Kini mereka...