Nirmala
Astaga.Aku benar-benar merasa lemas begitu sampai rumah.
Setelah melihat wujud Galen dengan mata kepalaku sendiri, rasanya nyawaku seperti menghilang entah ke mana.
Ya ampun, Galen.. Orang yang aku sukai sejak SMA. Ke mana saja sih dia selama ini?
Jujur, mencintai orang seperti Galen itu rasanya useless dan hopeless banget. Selama ini aku nggak tau info apapun tentang dia. Galen bukan tipe orang yang aktif di sosial media. Boro-boro aktif, punya saja nggak.
Kalian pasti nggak akan percaya padaku, mana mungkin zaman sekarang ada orang yang tidak memiliki sosial media? Tapi itu fakta. Walaupun kami tidak pernah berkomunikasi sebelumnya, tapi kalian percaya kan bagaimana kemampuan perempuan dalam mencari informasi yang lebih canggih dari agen FBI?
Kami memang pernah satu sekolah sebelumnya, dan aku memang suka banget sama Galen. Tapi kami sebenarnya nggak saling kenal dan nggak pernah sekelas. Bisa dibilang, selama ini hanya aku yang tau dia.
Ya, sebut saja ini cinta sepihak. Sejak awal aku nggak berani mengungkapkan perasaanku padanya. Ngajak ngobrol pun nggak pernah.
Ternyata kalau dilihat-lihat, kisah cintaku nggak kalah menyedihkannya dibanding kisah hidupku. Sial. Hidup memang tidak adil padaku.
Lalu kalau nggak kenal bagaimana aku bisa suka sama dia? Pasti kalian mengira aku sama saja seperti anak remaja puber yang bisa tergila-gila dengan seseorang hanya karena fisiknya. Iya kan?
Hmm. Jika bicara soal wajah, Galen memang cukup tampan daridulu. Nggak yang gimana banget sih, tapi lumayan lah. Ditambah dengan gaya berpakaian serta barang yang dia pakai selalu bermerk, yang membuat dia terlihat lebih berkelas dari teman yang lain. Dia bukan termasuk murid yang eksis di sekolah, tapi kalau ada perlombaan yang berkaitan dengan olahraga atau seni, nama dia akan selalu muncul. Tak jarang dia maju saat upacara di hari Senin untuk diberikan penghargaan.
Tapi bukan karena itu aku suka padanya.
Kembali ke 7 tahun lalu, awal mula tumbuhnya perasaanku pada Galen yang terjadi pada saat LDKS sekolah.
Tsah.
Entah di sekolah lain ada kegiatan ini juga atau nggak, tapi di sekolahku dulu, ini adalah acara pelatihan militer yang wajib diikuti oleh semua murid baru di SMA. Acara ini hanya terjadi 3 hari 2 malam, dan secepat itulah aku jadi bucin Galen.
Saat itu, aku satu kelompok dengannya. Melakukan hal yang nggak penting sampai malam hari-- seperti menyiapkan topi kerucut, nametag, dll.
Darisitu aku akhirnya tau kalau ada makhluk bernama Galen Ramdhan, yang kalo ngomong nggak pernah bisa difilter-- tapi karena dialah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok LDKS dengan penuh canda tawa.
Jujur, saat itu aku belum ada rasa padanya. Sampai akhirnya kami semua berada di Gunung Bundar dan ditatar oleh TNI. Saat itu, aku melihat sisi yang berbeda dari Galen : Dia ternyata nggak se-childish itu. Dalam keadaan mencekam, dia akan berubah menjadi Galen dengan kepribadian yang sangat tenang. Dia selalu menjadi orang pertama yang membantu dan memperhatikan temannya yang kelelahan atau kesulitan, walaupun dia bukan ketua kelompok dan dari wajahnya aku bisa melihat kalau dia juga tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Aku ingat saat kami dikerjain oleh TNI untuk memakan nasi dengan air putih, saat itu TNI memberikan kesempatan bagi para murid untuk melimpahkan nasinya pada orang di sampingnya. Secara kurang ajar, sosok di sampingku melimpahkan banyak nasi untukku padahal dia seorang laki-laki. Jujur, sampai sekarang aku masih ingat nama dan wajahnya. Aku bersumpah telah mem-backlist dia dari list tipe idealku.
Sementara itu, saat aku melirik Galen, aku tidak melihat sedikit pun tanda adanya 'pelimpahan nasi' yang Ia berikan untuk teman di sampingnya. Tidak mengejutkan karena sebelumnya, dia juga membantu menghabiskan bekal kelompok kami yang masih tersisa agar tidak dimarahi oleh OSIS.
Bukankah dia sangat gentleman? Dia benar-benar tipeku!
Dia memang ahli bicara omong kosong. Tapi saat di tronton, dia akan menjadi kaku saat ada seorang perempuan yang tidak sengaja tertidur di pundaknya. Aku ingat bagaimana Ia tidak berani bergerak sedikit pun saat itu.
Kami saat itu duduk berseberangan dan wajahnya terlihat sangat lucu. Hampir sepanjang perjalanan aku menahan tawa karena menikmati wajah tegangnya yang terlihat konyol itu. Padahal, saat itu kakiku sendiri sedang terinjak oleh salah satu teman sekelasku yang berbadan 3 kali lipat dariku. Jadi bagaimana bisa aku menikmati wajah itu saat aku sendiri sedang menderita?
Tidak lama setelah itu aku tau jawabannya. Aku telah jatuh cinta.
Tapi itu hanya aku yang mengetahuinya. Karena setelah acara LDKS itu berakhir, kami hanyalah orang asing yang kebetulan satu sekolah. Kami tidak pernah sedikitpun menyapa, bahkan saat sedang berpapasan sekalipun.
Memori 3 hari 2 malam itu benar-benar membekas dibenakku. Aku mempertahankan perasaan ini cukup lama seolah-olah aku sudah mengenal Galen sampai dalam, padahal hanya itu yang aku tau tentangnya.
Coba aku ingat-ingat lagi seberapa besar aku mengenalnya. Oh iya. Yang aku tau, dia pecinta Sheila on 7, Naif, The Beatles, dan band rock. Dia pecinta olahraga terutama basket, badminton, golf, dan sepakbola. Dia ahli bermain gitar. Pelajaran favoritnya adalah kimia. Lalu dia... Dia... Hmm dia..
Baiklah. Aku menyerah. Hanya itu yang aku tau tentangnya.
Lucu juga ya, hanya karena mengetahui sedikit tentangnya saja bisa membuatku bertahan sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things That We Didn't Say [END]
Ficción GeneralRANKING : 1 #IU [24 November 2021] 7 #VIU [15 September 2021] 69 #VBTS [25 Februari 2022] 98 #Dream [23 September 2021] 100 #Friendzone [23 Sept 2021] Secara mengejutkan Nirmala bertemu kembali dengan Galen, cinta pertamanya semasa SMA. Kini mereka...