2. Introducing, Galen.

238 57 41
                                    

Nirmala

Berpapasan dengan orang yang kamu suka itu rasanya seperti kepleset kulit pisang di depan umum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berpapasan dengan orang yang kamu suka itu rasanya seperti kepleset kulit pisang di depan umum. Sekalinya itu terjadi, kamu memang bisa bangkit lagi. Tapi momen di mana jantungmu berdetak lebih kencang dari biasanya, serta bagaimana rasa malu dan takut melihat tatapan dari orang yang bahkan tidak kalian kenal itu nggak akan terlupakan.

Seperti sekarang. Rasanya pengen nunduk dan langsung kabur saja saat bertemu Galen untuk melakukan finger print di Ruang Tata Usaha.

Selama menjadi pengajar di sini, aku langganan datang telat. Gajiku sering dipotong karena itu. Tapi untuk hari ini, bukan gaji yang membuat aku bertekad datang pagi buta kayak sekarang.

Tapi karena Galen.

Jadi penggemar rahasia tuh memang ribet banget. Atau ini cuma berlaku bagiku saja?

Kalau dekat dengan gebetan, aku akan merasa ketakutan. Aku takut dia bisa tau perasaanku. Tapi kalau jauh, kok rasanya kayak perasaan ini nggak ada kemajuan, nggak ada harapan. Intinya, aku maunya tanpa aku melakukan apapun, dia sudah tau perasaanku dan bilang bahwa Ia juga merasakan hal yang sama.

Mustahil kan? Memangnya dia cenayang bisa baca pikiran orang?

Ngomong-ngomong soal cenayang, semalam aku meramal bahwa Galen akan datang telat. Oleh karena itu aku berusaha bangun dan sampai ke sekolah sepagi mungkin.

Sayangnya, ramalanku meleset. Bahkan kini, jam baru menunjukkan pukul 6 kurang 10 menit dan dia sudah ada di sekolah.

Sebagai fans bucinnya sejak SMA, aku tau banget kalau Galen selalu telat sampai di sekolah, sama sepertiku. Karena itulah kami selalu berdiri di barisan paling depan saat upacara bendera.

Yaa walaupun setelah itu, nama Galen akan dipanggil untuk maju ke podium karena prestasinya di bidang olahraga atau seni. Beda denganku yang nggak ada prestasi apa-apa dan berakhir menjadi kerupuk udang yang tetap dijemur di bawah sinar matahari langsung.

Nah sekarang pertanyaannya : Kenapa sekarang dia jadi dateng pagi-pagi gini?! Gagal kan usahaku untuk nggak ketemu dia di sekolah.

"Eh" tiba-tiba Galen menengok ke arahku. "Mau absen ya? Kamu duluan deh, ini daritadi saya coba nggak bisa"

Aku nengok ke belakang. Nggak ada orang. Dia barusan ngomong sama aku ya?

"Hallo.. Kok diam?" ucap Galen kemudian sambil melambaikan tangan di depan wajahku. Oh, ternyata beneran aku yang barusan diajak ngobrol Galen.

"Oh.. I-iya iya. Oke" kataku gugup kemudian melakukan finger print.

"Kok langsung bisa sih?" tanyanya heran setengah kagum. "Maaf ya tadi sebenarnya saya nyuruh kamu finger print buat ngetes aja alatnya rusak atau nggak. Ternyata nggak rusak ya"

Aku menahan senyum. Bocah ini sama sekali nggak berubah daridulu. Ramah, jujur, dan apa adanya.

"Dicoba lagi aja. Mungkin setelah dipancing tadi sudah bisa" saranku asal. Tapi lucunya dia mengikuti saranku dan sesuai ucapanku, kali ini dia berhasil melakukan finger print.

Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang