50. You Are Not Sorry.

95 32 12
                                    

Nirmala.

"Bu Lala, katanya mau pulang cepat?" tanya Bu Eva sambil memakan bolu cokelat yang merupakan oleh-oleh dari Galen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu Lala, katanya mau pulang cepat?" tanya Bu Eva sambil memakan bolu cokelat yang merupakan oleh-oleh dari Galen.

"Nggak jadi, Bu. Hehe" jawabku tersenyum lalu menatap tidak minat pada kue yang disantap Bu Eva.

Ya. Aku akhirnya menyerah untuk menghabiskan semua oleh-oleh dari Galen setelah sebelumnya sempat ngotot kepada Kak Arlan bahwa aku akan menghabiskannya.

Aku tidak menyangka gertakan Kak Arlan ternyata bukan gertakan belaka. Ia benar-benar tidak tertarik pada semua oleh-oleh Galen yang didominasi oleh kue cokelat dan keju. Bahkan, aku pernah sengaja meletakkan beberapa kue itu di samping tempat tidurnya saat Ia tertidur, tapi tidak berhasil.

Huh. Diet sialan. Kenapa sih Kak Arlan harus diet? Ngapain coba cowok harus memperhatikan penampilan begitu besarnya? Sampai nyoba cokelat setitik pun nggak mau.

Ngomong-ngomong mengenai pulang cepat, hari ini aku memang berencana akan pulang saat jam istirahat karena ingin mengantar ibu kontrol ke rumah sakit. Tapi, aku tidak jadi melakukannya karena ternyata Kak Arlan tidak ada jam praktek saat itu, sehingga Ia bisa menemani ibu.

Agak aneh, sih. Padahal, kemarin Kak Arlan bilang bahwa dirinya tidak bisa menemani ibu karena ada pasien. Apa pasiennya tiba-tiba meng-cancel jadwalnya? Hmmm.

"Astaga!" Bu Eva tiba-tiba histeris. "Aku kan mau kawin, malah makan banyak kue cokelat hari ini!!"

"Nikah kali, Bu.. Bukan kawin. Memangnya kucing?" sambar Pak Dion.

"Ini orang kenapa jadi sering nongkrong di ruangan ini, sih? Bikin kesal saja!" Bu Eva cemberut sambil menunjuk pak Dion dengan telunjuknya.

"Ya mau gimana lagi. Pak Raden sedang rapat di pusat. Guru baru penggantinya Pak Galen nggak seru. Kaku kayak kanebo kering"

Bu Eva lanjut memakan kue cokelat itu. "Aku makan kuenya satu potong lagi, deh. Toh, aku kan sudah ketemu sama tunanganku sejak kita sama-sama dekil. Pasti bukan masalah bagi dia saat aku tampak gendutan sedikit saat nikah"

"Ya suamimu mungkin nggak masalah, Bu. Tapi baju nikahmu tuh yang menjerit" jawab Pak Dion santai yang dibalas pukulan kencang di bagian lengan oleh Bu Eva.

Saat ini aku memilih untuk cari aman dengan cengar cengir saja, deh. Kalau salah ngomong, bisa nggak laku nih kuenya Galen. Aku nggak mau bawa pulang kue itu lagi. Aku sudah gumoh banget sama kue-kue itu.

***

Penulis.

Penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Things That We Didn't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang