ANGKASA || 04

44.8K 2.4K 97
                                    

VOTENYA JANGAN LUPA!!

04. Ulangan dadakan

~Happy Reading~

🦋🦋🦋

Pagi yang cerah ini Angkasa sudah siap dengan seragamnya, ia juga sudah memakai jaket kebanggaan Alaskar dan sepatunya. Setelah itu ia keluar kamar dan turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

Sampainya di meja makan ia menghampiri Mamanya dan Papanya yang sedang duduk. Angkasa tersenyum miring ia akan membuat Papanya cemburu lagi.

Cup

Angkasa mencium pipi Dania dengan cepat membuat Dania terkejut. Tak hanya Dania, Alvares juga ikut kaget.

"Morning Ma" seru Angkasa yang tersenyum lebar.

Angkasa duduk dibangku samping Dania ia menatap Alvares yang sedang menatap dirinya tajam.

"Bisa gak gausah cium-cium pipi istri Papa?" tanya Alvares dingin.

"Nggak" balas Angkasa yang tak kalah dingin.

"Dia itu istri Papa! Milik Papa! Kamu gausah dekat-dekat" Alvares tetap menatap Angkasa dengan tatapan tajam.

"Gak dengar" kata Angkasa menutup kedua telinganya.

Dania menghela napas ia sudah lelah karena setiap hari suaminya dan anaknya selalu merebuti dirinya.

"Mas, kamu gak boleh gitu sama anak sendiri" tegur Dania.

Alvares kini memandang wajah cantik Dania, "aku gak suka kamu di cium-cium sama dugong kaya dia"

Angkasa yang mendengar dirinya di panggil dugong hanya menatap sinis Alvares.

"Dugong yang kamu bilang itu anak kamu sendiri. Kalau anak kamu dugong berarti kamu bapak dugong" celetuk Dania membuat Angkasa tertawa.

Alvares mengerucutkan bibirnya setelah mendengar pernyataan istrinya, ia juga menatap tajam anaknya yang sedang menertawakannya.

"Udah. Sekarang makan sarapannya!" Angkasa dan Alvares langsung memakan sarapannya.

"Eh bang, kok kamu bangun jam segini? Biasanya kan selalu telat" tanya Dania.

"Dia itu lagi kerasukan setan rajin Ma, makanya tiba-tiba jadi rajin" sahut laki-laki yang memakai seragam putih biru.

Dia adalah Gibran. Adik laki-laki Angkasa dan juga musuh bebuyutan Angkasa dalam keluarganya. Kini Gibran berumur empat belas tahun yang artinya dia sudah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Bacot lo" balas Angkasa sambil memakan sarapannya.

"Kamu sekolah Gib?" tanya Alvares.

"Sekolah lah Pa. Nanti kalau gak sekolah kasihan pacar-pacar Gibran pada nyariin" ujar Gibran membuat Dania memukul kepalanya dengan centong nasi.

"Sekolah itu buat belajar bukan buat cari pacar Gibran!" tegur Dania.

Gibran mengusap-usap kepalanya, "iya Ma iya, tapi gausah pukul pakai centong rice juga kali"

ANGKASA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang