🏠 11. Leo Manusia Baik

3.3K 578 84
                                    

Leo sedang menikmati waktu senggang dengan membaca koran sembari menikmati kopi panas buatannya kala motor Jeni memasuki garasi kosan.

Dengan tangan penuh belanjaan, Jeni mendengus, "Bli, bantu gue angkatin belanjaan yang di motor dong."

Leo melirik motor Jeni yang masih terdapat beberapa plastik keresek belanjaan, cowok itu menuruti perintah Jeni. Membawa dan meletakkan belanjaan itu di dapur.

"Habis darimana, Jen?" tanya Leo setelah menaruh barang bawaannya ke atas meja makan.

"Pasar, beliin bahan masakan pesenan Bang Dion." jawab Jeni sembari mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang selalu dia jadikan gelang.

"Emang mau bikin apa? Kok bahannya sebanyak ini?"

"Masak buat makan malam biasa, Bli. Sekalian beli buat stok bulanan." Jeni mengeluarkan semua belanjaannya lalu memisahkan bahan-bahan yang bisa disimpan di kulkas, "Oh iya, Bang Dion dimana?"

"Tadi sih pamit  ke minimarket bentar, ada yang perlu dibeli."

"Aduh, berarti harus nunggu Bang Dion pulang." gumam Jeni pada diri sendiri.

"Gue bantu aja, Jen. Daripada kelamaan nunggu Dion balik."

"Ide bagus." Jeni meletakkan sebaskom udang galah segar ke wastafel, "Bantu bersihin udang, ya, Bli. Gue mau beresin belanjaan dulu."

Leo mengangguk lalu menuju wastafel, melihat kumis dan capit udang galah yang masih bergerak-gerak.

"Ini udang apa, Jen? Kok capitnya biru?"

"Namanya aja udang galah capit biru, jelas capitnya warna biru." Jeni menyusun beberapa bahan yang perlu dimasukan kulkas ke dalam lemari pendingin, "Oh iya, hati-hati Bli sama capitnya. Lumayan tajam juga tuh."

Ini kali pertama cowok itu turun langsung membantu orang memasak, biasanya jika di rumah Leo tak akan pernah diizinkan masuk dapur sebelum masakan Ibunya matang. Di kosan pun begitu, para penghuninya lebih suka delivery makanan jika Dion tak bisa memasak untuk mereka.

Oleh karena itu, Leo sangat excited membantu Jeni walau tak tahu pasti cara membersihkan udang. Saking bersemangatnya, Leo sampai kurang hati-hati dan tak menyadari jari tangannya sudah berlumur darah jika Jeni tidak memekik kaget.

"BLI, LO BERDARAH!"

Leo mengerjap-ngerjapkan mata, rasa perih itu hadir saat menyadar jari tangannya mengeluarkan banyak darah.

"Oh iya berdarah, kok bisa?" tanya Leo polos sembari membersihkan tangan dengan air mengalir.

Jeni bergegas mengambil kotak P3K di kamarnya, lalu membantu Leo mengobati luka itu.

"Emang Bli lagi ngelamunin apa, sih? Sampe tangan berdarah aja nggak sadar." Jeni menutupi luka Leo dengan plester, ternyata capit-capit udang itu cukup banyak menyayat tangan Leo.

"Justru gue lagi seneng karena bisa bantu orang masak." Jeni menatap Leo seolah tak percaya, "Lo mungkin gak percaya, tapi ini pertama kalinya gue dibolehin masuk dapur pas orang lagi masak."

"Pasti gara-gara Bli sering ngerecokin daripada bantuin di dapur."

"Bukan itu."

"Terus?"

Baru saja Leo ingin menjelaskan alasan sesungguhnya, namun lebih dulu disela Dion yang baru pulang.

"Jen! Dah balik lo?"

"Iya, Bang. Gue udah beli semua pesenan lo."

Dion mengangguk seadanya, "Bagus, bagus." cowok itu menaruh plastik berlogo minimarket ke meja sebelah baskom, Dion mengernyitkan alis ketika melihat Leo dan Jeni berdiri dekat wastafel, "Kalian lagi ngapain?"

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang