"Leo!"
Yang dipanggil menoleh ke arah pintu, Galang dan Vino masuk tanpa dipersilakan. Mereka teman-teman seperjuangan magang di rumah sakit yang sama.
"Nongki kuy."
"Kemana?" tanya Leo sambil melepas jas putihnya.
"Blowfish."
Leo membulatkan mata, "Serius?"
Galang tertawa lepas, "Jangan bilang lo nggak pernah ke sana?"
"Emang! Gue bahkan belum pernah ke club manapun."
Leo memang pribadi yang baik, hidupnya lurus tak pernah macam-macam. Sejak kecil dia selalu diajarkan sopan santun dan dikurung dengan peraturan keluarga yang ketat, hingga Leo tidak pernah berani melanggar.
Vino mengangguk-anggukkan kepala sembari menatap Leo dari atas sampai bawah, "Udah kelihatan sih, tapi gapapa lah. Sekali-kali lo main ke club, buat pengalaman juga, kan?"
"Enggak! Lagian kalian tuh masih koas, emang nggak takut ketahuan pihak RS?"
"Kan, udah jam pulang." jawab Vino
"Makanya ke sana jangan pake jas dokter, nanti kalo ada yang rekam bisa-bisa lo viral." tambah Galang.
Leo menggigit bibirnya ragu, menatap temannya bergantian. Sejujurnya dia takut, bahkan jantungnya sudah berdetak sepuluh kali lebih cepat.
Jika Leo menyetujui, maka ini akan jadi pelanggaran pertama dalam sejarah hidupnya.
"Ayolah, Leo. Kita janji nggak bakal maksa lo coba minum-minuman di sana."
Galang mengangguk setuju, "Lo bagian jaga kita aja, soalnya kita berdua mau party malam ini."
Terpaksa Leo menghembuskan napas pasrah, "Yaudah, tapi awas aja kalo pada maksa gue minum."
Sepertinya Leo lebih rela melanggar peraturan daripada membiarkan teman-temannya celaka.
Dan berakhirlah mereka di pekarangan parkir Blowfish, ketiga cowok itu turun dari mobil bersamaan. Berbeda dengan Galang dan Vino yang langsung memasuki club dengan langkah riang, Leo masih mematung di depan gedung tersebut. Samar-samar terdengar suara musik dan dentum lagu yang membuat jantungnya ikut berdentum-dentum.
"Leo! Cepetan!" teriak Vino yang sudah di ambang pintu masuk. Cowok itu pun menyusul kedua temannya.
Begitu masuk, Leo harus menutup kedua telinga karena suara musik kian menusuk gendang telinganya.
"GAPAPA, NANTI JUGA LO TERBIASA." teriak Vino berusaha melawan suara sekitarnya.
Leo mengangguk memberi kode jika dia mendengar ucapan Vino. Lalu cowok itu kembali mengikuti kedua temannya, mereka sudah duduk di meja bar sebelah kiri ruangan.
"WINE-NYA DUA BOTOL, MBAK. SAMA MINUMAN NON ALKOHOLNYA SATU."
Leo hanya bisa geleng-geleng kepala, mereka baru sampai tapi Galang dan Vino sudah memesan dua botol wine saja. Cowok itu bahkan sudah pusing karena cahaya neon dari lampu disko.
"NIH." Galang menyikut tangan Leo yang sejak tadi menatap keramaian lantai dansa.
Ketika Leo menerima minumannya, sosok pramutama bar yang mengantarkan pesanan justru menarik perhatiannya. Bukan hanya karena kecantikan perempuan tersebut, tetapi karena Leo familiar dengan sosok tersebut.
Perempuan itu adalah Adiba.
"Dib--" belum sempat Leo menyelesaikan kalimatnya, gadis itu sudah lebih dulu pergi. Melayani orang lain yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...