🏠 25. Seri

2.8K 429 92
                                    

Leo merenggangkan tubuhnya setelah menyelesaikan beberapa tugas koasnya, suster Dina bilang hari ini tak ada pasien. Cowok itu senang karena itu tandanya anak-anak di luar sana sehat, dan untuk mengisi waktu sebelum jam pulang, Leo mengitari rumah sakit sebab sejak hari pertamanya magang cowok itu langsung ditugaskan mengisi posisi dokter anak yang kosong karena ditinggal cuti melahirkan.

Leo asyik menelisik tiap sudut bangunan, cowok itu sesekali tersenyum pada pasien dan suster yang berpapasan dengannya. Namun langkahnya mendadak berhenti saat dia melihat sosok familiar di sebuah kamar yang pintunya terbuka.

"Itu bukannya Laga?" gumam Leo lebih pada dirinya sendiri.

Laga sedang pemeriksaan dibantu suster yang waktu itu membujuk Laga balik ke kamar saat acara nyanyi bersama pasien anak lainnya. Setelah selesai, dokter itu izin keluar. Leo cukup terkejut karena dokter yang menangani Laga adalah dokter Aris, pembimbingnya selama magang.

"Dokter Aris." panggil Leo membuat dokter Aris ikut terkejut dengan kehadiran tiba-tiba juniornya.

"Eh, Leo. Kamu kok bisa ada di sini?"

"Iya, saya lagi jalan-jalan tadi. Terus gak sengaja lihat pintu kamar ini kebuka dan lihat dokter Aris di dalam."

Dokter Aris tersenyum kecil, "Oh, iya saya habis periksa pasien."

"Namanya Laga, kan, dok?"

"Loh kamu kenal Laga?"

"Iya, saya kenal dia waktu acara nyanyi bareng anak-anak kemarin." Leo sedikit melirik Laga yang sedang dipasang infus oleh suster, "Kalo boleh tahu, Laga sakit apa dok?"

"Dia kanker leukimia myeloid."

Leo sontak terkejut, matanya membulat seiring otaknya mencerna informasi yang baru dikatakan dokter Aris.

"Kanker leukimia?"

Dokter Aris mengangguk, dia menatap catatannya lalu melihat Laga yang sedang diselimuti suster.

"Bahkan kankernya sudah menyerang organ vital. Beberapa hari terakhir Laga sering kejang dan indra penglihatannya mulai menurun." sendu dokter Aris.

Sebagai dokter yang menangani langsung Laga, pria paruh baya itu sedih dan iba karena tahu pasiennya anak yatim piatu.

"Laga itu sangat bergantung sama Kakak perempuannya, tapi karena biaya pengobatan Laga yang tak murah, Adiba jadi jarang jenguk Laga. Dia sibuk melakukan banyak pekerjaan."

"Memang Kakak Laga kerja apa, dok?"

"Saya juga nggak tahu, setiap ditanya pekerjaan Adiba selalu mengalihkan pembicaraan."

Leo ikut menatap menatap Laga, dia jadi teringat momen ketika Adiba tergesa-gesa menghampiri Laga yang tertidur di pangkuannya. Leo menggelengkan kepala saat tuduhan negatif perihal bau alkohol muncul kembali, mungkin saja Adiba tak sengaja terkena alkohol etanol saat meracik obat.

Iya, mungkin saja.

🏠🏠🏠

Sepulang dari Bandung, Rosie langsung mengurung diri di kamar. Dia tak mau penghuni kos lain melihat wajah bengkaknya, kecuali Bilal.

Rosie bersyukur karena Bilal menuruti permintaannya untuk tidak memberitahu apa yang terjadi di rumah cowok itu kemarin. Sebenarnya Rosie malu karena menceritakan semua luka laranya pada Bunda yang bahkan Rosie pun segan menceritakan hal itu pada Ibunya sendiri.

Tapi ajaibnya setelah cerita hati Rosie lega, rasanya seperti beban puluhan kilo di pundak hilang seketika. Apalagi Bunda banyak mendengarkan dan memberi petuah bijak, membuat Rosie kembali menemukan arti hidup.

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang