🏠 35. Perjuangan

2.5K 380 285
                                    

Bilal baru keluar kamar setelah seharian tidur, mumpung tidak ada jadwal kelas hari ini. Dia langsung gabung ke ruang tengah bersama Kai dan Satya yang sedang bermain PS.

"Anjir!"

"Awas lo! Jangan ngalangin gue."

"Tidak semudah itu ferguso."

Bilal yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala, kemudian dia mengambil bungkus keripik yang ada di antara kedua cowok itu.

"Yang lain pada kemana? Kok sepi?"

Satya melirik Bilal sebentar lalu kembali fokus menatap TV, "Nggak tahu, belum pada pulang."

"BENTAR NYET!"

"WOHOO GUE MENANG!" Kai bangkit sembari mengangkat kedua tangannya.

"Anjir apa-apaan, lo nyerang pas Kang Bilal ngajak ngobrol. Licik!"

"Bilang aja nggak terima kekalahan." Kai duduk di sebelah Bilal sambil memakan keripik juga.

"Ganti game, ah!"

Kai terkekeh geli melihat wajah tak terima Satya karena biasanya cowok itu selalu menang.

"Kai." panggil Bilal

"Hmm."

"Makanan kesukaan Ayunda apa?"

"Spageti karbonara."

"Warna kesukaan dia apa?"

"Warna ungu."

Bilal mengangguk-angguk kecil, "Terus maneh tahu hobi Ayunda, nggak?"

Kai terlihat berpikir dengan mulut yang terus mengunyah, "Hmm ... Mbak Ayu suka nyanyi, sih. Tapi dia juga suka nonton."

"Genre apa?"

"Genre horor, teka-teki, action. Ahh, sama psikopat. Dia paling demen nonton itu."

"Pantesan dia sebelas dua belas sama psikopat." celetuk Satya.

Kai malah tertawa geli, "Iya emang, kadang gue nggak paham kenapa orang-orang ngira Mbak Ayu feminin."

"Tapi bukannya di situ daya tarik dia?"

Sontak Kai dan Satya saling bertukar pandangan, dan kompak memicing curiga pada Bilal.

"Kang, jangan bilang lo suka Mbak gue."

"Kalo iya, emang kenapa?"

Satya menepuk jidatnya, "Anjirlah beneran."

"Ya terus kenapa? Lagian dia belum punya pacar, kan?"

"Bukan itu masalahnya." tiba-tiba Kai teringat momen saat Ayunda menanyakan Dion, Mbaknya terlalu menunjukkan ketertarikan pada cowok cuek itu.

Tapi Kai belum mengonfirmasi langsung ke Ayunda perihal itu, Kai takut dia hanya menduga-duga saja.

"Nggak kebayang Kai sama Kang Bilal saudaraan." ujar Satya memecah lamunan Kai.

"Kalo aing beneran jadi sama si Ayu, maneh bakal aing bikinin seblak tiap hari Kai."

"Jir! mencret tiap hari dong si Kai." Satya terbahak-bahak membayangkan hal tersebut.

Sedangkan Kai hanya bisa tersenyum tipis, dia melihat aura kebahagiaan di wajah Bilal saat cowok itu menyebut nama Ayunda. Kai jadi tidak tega memberitahukan kenyataan sesungguhnya.

"Gue harap kisah cinta lo lancar, Kang. Tapi ada satu rules yang harus lo pegang selama deketin Mbak Ayu."

"Apa?"

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang