🏠 17. Teka Teki Cinta

3.8K 518 58
                                    

Jeni menengadahkan kepala menatap gedung pencakar langit di depannya, mungkin bangunan tersebut terdiri dari sebelas lantai. Tempat itu merupakan tempat kerja pertama Naomi.

Drrtt ... drrtt ... drrtt ....

Tak lama ponsel Jeni bergetar, ternyata panggilan dari Naomi. Kebetulan sekali.

"Halo Kak, lo dimana?"

"Masih di meja kerja."

"Gue udah di depan gedung kantor lo."

"Oh udah nyampe? Tunggu bentar, gue otw ke sana."

Telpon pun langsung ditutup, Jeni terpaksa menunggu di sana. Dia terlalu enggan masuk ke gedung.

"Kamu Jeni, bukan?" yang ditanya menoleh, cukup terkejut disapa orang penting, pemilik gedung di hadapannya.

"Iya, Kak Nagantara."

Cowok pemilik mata elang itu tersenyum geli, "Panggil Tara aja, kayaknya Nagantara terlalu panjang."

"Hehe, iya Kak."

"Kamu ada perlu apa di sini?"

"Saya mau antar berkas punya Kak Naomi, katanya penting."

"Kalau gitu, ikut ke ruangan saya aja. Meja kerja Naomi kebetulan deket ruangan saya."

"Nggak usah, Kak. Tadi saya udah telpon Kak Naomi, dan dia lagi nyusul ke sini."

Nagantara tersenyum kecil, tak lama setelahnya datang seorang laki-laki— yang waktu itu Jeni yakini sebagai sekretaris Nagantara— membawa dua cup kopi dari outlet Starbucks di seberang jalan.

"Kamu kuliah jurusan apa?" tanya Nagantara.

"Hukum, Kak."

"Satu jurusan sama Naomi?" Jeni mengangguk untuk menjawab, "Semester berapa?"

"Semester empat."

"Bentar lagi magang dong? Sudah dapat tempat?"

Sebenarnya Jeni kurang suka diserbu pertanyaan seperti ini, apalagi dia tak terlalu dekat dengan Nagantara. Namun berhubung cowok di depannya ini lebih tua sekaligus bos Naomi, mau tak mau Jeni harus bersikap sopan.

"Belum kepikiran, soalnya masih punya waktu juga buat cari."

Nagantara memberikan kode pada sekretarisnya, lalu cowok itu memberikan kartu nama berwarna silver.

"Kalo kamu berminat magang di sini, hubungi aja nomor saya. Karena kita masih butuh orang untuk di tempatkan di divisi hukum."

Jeni menerima kartu nama itu, dia cukup tertarik dengan tawaran Nagantara. Pertama karena cewek itu memang belum punya tempat untuk magang, kedua karena perusahaan Nagantara ternyata salah satu tempat magang terbaik menurut kalangan mahasiswa hukum, dan ketiga karena Nagantara baik. Jika Jeni magang di perusahaan cowok itu, berarti dia punya bos baik hati yang mana merupakan anugerah bagi mahasiswi magang sepertinya.

"Pertimbangkan baik-baik tawaran ini, karena saya bukan tipe orang yang suka kasih kesempatan kedua."

Jeni mengangguk paham, lalu Nagantara pamit masuk bertepatan dengan Naomi yang baru keluar dari gedung.

"Kak Tara habis ngapain?" tanya Naomi setibanya di dekat Jeni.

Jeni menunjukkan kartu nama Nagantara, "Dia nawarin gue magang di sini."

"Hah?! Serius lo?"

"Emang gue kelihatan lagi bercanda?"

"Tapi ini aneh banget tahu, Jen. Bos gue itu terkenal sebagai bos selektif, gak pernah ada sejarahnya dia rekrut pegawai tanpa wawancara."

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang