Jihan menatap mading untuk waktu yang cukup lama, aksinya itu mendapat perhatian beberapa orang yang lewat.
Salah satunya Hega.
Cowok itu langsung menghampiri Jihan yang kini jadi pusat perhatian orang-orang sekampus.
"Ternyata pengumumannya udah ditempel." ujar Hega setelah melihat objek fokus Jihan.
Cewek itu tersenyum samar, "Gue masih nggak percaya bisa ambil keputusan sebesar ini."
Hega melirik Jihan yang masih memandangi kertas pengumuman tersebut, "Emang apa yang bikin lo akhirnya nyerah?"
"Karena orang-orang di sekitar gue."
"Orang tua nggak mendukung?"
"Salah satunya itu." untuk pertama kalinya, Jihan mengalihkan pandangan. Dia menoleh pada Hega, "Alasan lainnya, karena gue nggak mau bikin seseorang over thinking selama gue jadi Ratu Kampus."
Awalnya Hega tak mengerti maksud ucapan Jihan, namun dia langsung paham begitu melihat arah pandang cewek itu mengarah pada seseorang yang tergesa-gesa dari ujung koridor.
"Jadi sekarang lo mengakui perasaan Kak Kenzo?"
Jihan mengangguk membenarkan, "Karena gue punya perasaan yang sama."
Hega tak punya harapan lagi, bahkan usahanya selama ini tidak membuahkan hasil apapun. Hega akui, dia jatuh cinta pada rekannya. Memang siapa pula yang tidak akan jatuh hati pada perempuan cantik dan mandiri seperti Jihan?
Tapi perasaan itu tidak akan pernah berakhir bahagia. Selamanya Jihan tetap memandangnya sebagai teman.
"Good luck for you, Ji. Gue harap lo makin bahagia setelah mundur dari Ratu Kampus."
"Thanks, Ga."
Setelah Hega pamit pergi, Jihan menunggu Kenzo yang menghampirinya dengan wajah cemas. Raut itu semakin jelas saat Kenzo sampai dan langsung memegang kedua bahu Jihan.
"Lo gapapa, Ji?" Kenzo bertanya sembari menelisik seluruh anggota tubuh Jihan.
"Emang gue kenapa?"
"Gue udah baca pengumumannya di website kampus. Lo nggak diancam Nyokap lo buat keluar, kan?"
Jihan tertawa mendengar pemikiran Kenzo yang kepalang cemas, cowok itu justru mengerutkan alis bingung. Dia tidak sedang mengeluarkan jokes.
"Kayaknya keputusan gue ngundurin diri emang yang terbaik."
"Bukannya lo senang jadi Ratu Kampus?"
"Tapi kalo Koko cemburu tiap lihat gue sama Hega, buat apa?"
"Lho, kok gue?" Kenzo semakin bingung dengan pembicaraan mereka sekarang.
"Mas Jovan udah cerita semuanya ke gue, termasuk Koko yang cemburu tiap gue ada kegiatan sebagai Ratu Kampus."
"Jadi lo mundur karena gue?"
"Lebih tepatnya karena gue nggak mau bikin orang yang gue sayang cemburu."
Hening seketika, baik Kenzo dan Jihan sama-sama terdiam. Hanya mata mereka yang berbicara, menyelami makna satu sama lain.
Sampai akhirnya Kenzo memberanikan diri meraih kedua tangan Jihan, "Aku pernah janji bakal dukung apapun keputusan yang kamu ambil, jadi walaupun aku sedih lihat kamu nyerah, tapi aku akan selalu ada untukmu."
Mata Jihan berkaca-kaca, dia terharu mendengar kata sederhana Kenzo yang selalu ampuh membuatnya merasa nyaman. Inilah sisi lain Kenzo yang Jihan suka, karena sejauh apapun Jihan meraih mimpi, Kenzo akan selalu jadi rumahnya tuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...