🏠 52. Keputusan Baru Ditetapkan

1.8K 300 109
                                    

"Terima kasih, Mbak." Kenzo membawa dua mangkuk bakso pesanannya ke sebuah meja dimana Jihan duduk.

"Pesanannya, tuan putri." ujar Kenzo sembari menaruh satu mangkuk di depan Jihan.

Gadis itu tersipu malu, setelah mereka resmi pacaran Kenzo memang kerap memperlakukannya bak seorang putri kerajaan. Bahkan Kenzo mengganti nama kontak Jihan di ponselnya jadi 'Tuan Putri' juga.

"Makasih, ya."

"Anytime for you."

Ekor mata Jihan tak sengaja melihat beberapa pengunjung kantin curi pandang ke mejanya, seolah ingin tahu seperti apa gaya pacaran Jihan dan Kenzo. Hubungan mereka sudah tersebar seantero fakultas, bahkan beberapa orang di luar fakultas pun tahu ada asisten dosen yang memacari mahasiswinya.

Jihan tidak langsung menyantap bakso seperti Kenzo, dia kembali mengambil ponselnya. Lanjut mengetik kalimat untuk dikirim ke Mamanya, namun langsung Jihan hapus setelah dibaca lagi. Begitu berulang kali sampai Kenzo menyadari ada yang tidak beres dengan pacarnya.

"Kamu kenapa?"

Jihan mengangkat wajah setelah mendengar pertanyaan Kenzo, "Nggak apa-apa." kemudian menaruh ponselnya setelah dikunci.

Kenzo mengangkat sebelah alisnya karena kondisi Jihan tidak menggambarkan jawaban tersebut, gadis itu malah sibuk mengaduk mangkuknya.

Karena gereget, Kenzo pun menarik mangkuk Jihan untuk dia bantu potong-potong baksonya. Jihan hanya menatap kelakuan Kenzo hingga cowok itu meletakkan lagi mangkuknya seperti sedia kala.

"Kamu nggak bisa bohongin aku, Ji. So tell me why?"

Sedari tadi Jihan memang tak nafsu makan, dia menjauhkan mangkuknya lalu melipat kedua tangannya di meja.

"Dari kemarin aku kepikiran ... diantara kita, siapa yang harus keluar dari kosan?"

Kenzo bungkam, sejak keputusan itu ditetapkan dia dan Jihan memang belum membicarakan peraturan tersebut.

"Dari tadi aku mau chat Mama, bilang mau tinggal di rumah lagi. Tapi kuliah aku nanti gimana kalo harus bulak-balik Bandung Jakarta?" Jihan menatap Kenzo sendu, "Dan Koko nggak mungkin pulang ke Surabaya, kan?"

"Kayaknya kita emang harus dapat hak pengecualian dari peraturan itu."

"Tapi kalo anak-anak lain nggak setuju gimana?" cemas Jihan

"Udah kamu tenang aja, biar aku yang jelasin ke anak-anak." Kenzo mengusap tangan Jihan yang ada di atas meja, "Lagipula selama ini kita nggak benar-benar tinggal seatap, aku tidur di kamar terpisah di belakang kosan."

Jihan menunduk melihat tangan Kenzo yang mengusap tangannya, tak bisa dipungkiri ada kenyamanan yang mengalir lewat sentuhan itu.

"Biar mereka setuju, kayaknya kita harus jaga jarak selama di kosan. Jangan bikin mereka iri karena kita dikecualikan."

Kenzo mengangguk setuju, mereka memang harus menghargai teman-teman yang sudah lapang dada menerima peraturan baru tersebut.

Dan semoga saja semua penghuni Indie Kos mau memahami kondisi Jihan dan Kenzo.

🏠🏠🏠

Lilis meniup poni kesal ketika Satya tiba-tiba minta dirinya pulang untuk membantu cowok itu packing baju. Lilis terpaksa menyelesaikan kelas dance-nya lebih awal karena ulah Satya.

Setibanya di kosan, Lilis langsung menuju kamar Satya yang pintunya terbuka lebar. Mata Lilis terbelalak lebar melihat kamar Satya yang sangat berantakan, puluhan pakaian memenuhi lantai seolah cowok itu tengah menggelar lapak jual baju murah di pinggir jalan.

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang