🏠 12. Mirza Si Posesif

3.2K 520 39
                                    

Bisa dibilang Mirza itu pecinta kucing, dia selalu membawa makanan kucing untuk dibagikan pada kucing-kucing yang dia temui sepanjang jalan. Dulu Mirza punya kucing jantan berwarna putih di rumah. Namun kucing itu mati ketabrak, sejak itulah Mirza tak punya kucing pengganti karena setelah ngekos, kesempatan itu hilang saat tahu Jovan alergi bulu kucing.

"Siang, Kak Ozy." sapa Mirza begitu melihat lelaki yang tiga tahun lebih tua darinya berdiri di ambang pintu.

"Akhirnya datang juga lo." Ozy masuk kembali ke rumah penampungan untuk membereskan barang-barangnya, "Sorry banget, ya, Za. Gue ada urusan mendadak tapi takut ninggalin kucing-kucing tanpa pengurus. Lo nggak keberatan, kan, gue mintain tolong?"

"Santai aja, Kak. Kebetulan gue lagi senggang."

Ozy menepuk-nepuk pundak Mirza, "Kalo gitu gue pamit, ya."

Mirza mengangguk lalu mulai mengerjakan hal yang rutin dia lakukan di animal shelter. Menyiapkan makan para kucing dan memeriksa kondisi hewan berbulu itu barang kali ada yang sakit, jadi Mirza bisa langsung mengobati.

Karena Mirza tak bisa merawat kucing di kosan, dia bertekad mendedikasikan tenaganya untuk hewan-hewan menggemaskan tersebut di tempat penampungan kucing liar.

"Makan yang banyak, ya, kalian." ucap Mirza sembari menuangkan makanan kucing ke tempat biasa mereka makan. Tak berapa lama, kucing-kucing itu mendekati tempat makan dan saling berebut.

Ada sekitar seratus sepuluh kucing yang ada di rumah penampung. Sudah tiga tahun Mirza menjadi animal volunteer di sana, dan dia sudah mengenal satu per satu nama kucing di tempat penampungan.

Mirza mengeluarkan ponsel untuk membidik kucing-kucing menggemaskan itu, lalu mengirim fotonya pada Jeni. Dia yakin di kosan nanti, Jeni akan merengek diajak ke penampungan karena sudah lama gadis itu absen membantu Mirza merawat kucing-kucing.

'Ting'

"Permisi!"

Mirza memasukkan ponsel ke saku kemudian keluar menemui tamu pertamanya hari ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?"

"Hemm ... saya mau adopt kucing, bisa Mas?"

"Bisa, kebetulan mereka lagi pada makan." Mirza menuntun perempuan berambut panjang itu ke tempat makan kucing-kucing, "Kalo boleh tahu, Mbaknya mau kucing warna apa?"

"Apa aja Mas, kalo bisa kucing jantan."

Mirza mengangguk, dia memperhatikan satu per satu kucing yang sekiranya cocok untuk perempuan pemalu seperti tamunya. Cowok itu menghampiri seekor kucing berwarna putih yang sedang memainkan bola di pojokan.

"Kalo kucing ini mau, Mbak?"

"Kucingnya penurut nggak?"

Mirza tertawa mendengar pertanyaan perempuan itu, "Kalo mau kucingnya nurut, Mbak harus sabar rawat dan ngajarin dia. Karena nggak ada satupun kucing yang langsung nurut sama orang asing."

Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepala, "Oh gitu ya, Mas? Tapi saya belum berpengalaman rawat kucing."

Mirza memutar bola mata berpikir, "Hmm ... gini aja deh, Mbak bisa searching cara rawat kucing untuk pemula. Nanti kalo ada yang mau ditanyakan, Mbak bisa hubungi nomor center penampungan ini."

"Kalau saya konsultasi langsung ke Masnya, boleh gak?" perempuan itu sontak mengibas-ngibaskan tangan, menyingkirkan apapun pikiran negatif yang muncul dibenak Mirza, "Maksudnya karena saya cuma kenal Mas di penampungan ini. Saya canggung kalau berkomunikasi dengan orang yang nggak saya kenal."

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang