🏠 43. Es Batu Mulai Mencair

2.4K 320 110
                                    

Kai bukanlah tipe orang yang mudah menyerah, makanya ketika Jeni bilang dia sudah punya pacar, cowok itu masih berusaha memperjuangkan cintanya.

Walau tidak se-agresif awal pertemuan.

Tetapi sepertinya Kai akan mulai merebut hati Jeni apalagi setelah dapat izin dari Nagantara, dan dia akan berusaha mendapat persetujuan Mirza juga.

"Motornya kenapa, Bang?" tanya Kai begitu melihat Mirza berkutat dengan motornya.

"Nggak ngerti, kayaknya harus dibawa ke bengkel."

"Ya bawalah, daripada diotak-atik makin rusak."

"Masalahnya gue udah janji mau nganter Jeni ke seminar."

"Oh seminar Mbak Nana di kampus?"

Mirza mengangguk membenarkan, "Dia minta ditemenin soalnya nggak ada temen yang bisa dia ajak."

"Yaudah sama gue aja." Kai refleks mengibas-ngibaskan tangan begitu Mirza melempar tatapan sinis, "Maksudnya gini lho, Bang. Daripada Jeni nggak jadi datang dan kecewa sama lo. Lagian mumpung gue ada urusan juga di kampus."

"Yakin itu bukan akal-akalan lo aja?"

"Yaelah, Bang. Kayak baru sehari aja kenal gue. Tapi terserah sih mau diambil atau enggak, gue cuma menawarkan solusi sebagai teman yang baik."

Mirza sempat memicing curiga sebelum akhirnya mengalahkan ego karena tak ada alasan untuk menolak kebaikan Kai.

"Yaudah bentar, gue panggil Jeni dulu."

Kai menatap kepergian Mirza lalu menunggu di teras sembari memakai sepatu. Tak lama suara perdebatan mulai terdengar.

"Iya, nanti kalo udah sampe Jeni kabarin Abang." dumel Jeni yang baru dapat kabar buruk dari sang Abang.

Mirza tak kuasa untuk tidak mencubit pipi tembam adiknya, "Jangan cemberut gitu dong, nanti Abang yang jemput kalo motornya udah beres."

"Yaudah Jeni pamit." gadis itu mencium punggung tangan Mirza, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati Kai bawa motornya."

"Siap, laksanakan!"

Terpaksa Jeni menaiki motor Kai setelah cowok itu keluarkan dari garasi, Jeni melambaikan tangan perpisahan pada Abang tercinta.

Selama perjalanan, Kai berusaha tak mengajak Jeni ngobrol karena pasti mood cewek itu masih berantakan. Namun usaha itu hancur oleh gumam Jeni ketika motor berhenti di lampu merah.

"Duh, panas banget."

Sontak Kai melirik Jeni dari spion motornya, ternyata cewek itu memang tidak memakai jaket. Kai pun langsung melepas jaket kulitnya.

"Nih, pake jaket gue."

"Lo sengaja biar dinilai orang-orang so sweet apa gimana?"

"Ya Allah, Jen. Idup lu penuh prasangka amat."

"Abis nggak biasanya lo care gini, apalagi depan banyak orang."

"Udah pake aja, daripada kulit lo gosong nanti." setelah mengatakan itu, lampu merah berubah jadi hijau.

Mau tak mau, Jeni memegang jaket kulit tersebut karena Kai sudah kembali fokus ke jalanan.

Daripada didiamkan, mending Jeni pakai, bukan?

🏠🏠🏠

Seminar hukum yang dibawakan Najwa Shihab berlangsung selama tiga jam, selama itu pula Jeni mendapat banyak insight dan pengetahuan baru terkait dunia hukum di Indonesia.

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang