🏠 42. Hadir Tanpa disadari

2.6K 319 143
                                    

Biasanya jika Rosie tidak ada kelas pagi, dia selalu menyempatkan diri lari keliling komplek.

Berhubung hari ini Lilis tak punya jadwal kelas seharian, Rosie berinisiatif mengajak sahabatnya olahraga bersama. Walau harus diiming-imingi bubur Mang Adam dulu.

"Chie, lo ngerasa nggak sih suasana kosan sekarang jadi canggung banget?" tanya Lilis setelah mereka sarapan di warung bubur Mang Adam.

Rosie mengangguk setuju, "Kang Bilal jadi kayak menghindar dari Bang Dion."

"Ya gue juga males kali ketemu sama gebetannya orang yang kita suka." Lilis melepas permen lolipopnya dari mulut, "Ini nih yang gue takutin ngekos di kosan campuran, kalo ada yang slek pasti imbas juga ke yang lain."

Diam-diam Rosie menggigit bibir bawah gugup, tadinya dia mengajak Lilis lari bareng karena ingin memberitahu terkait hubungannya dengan Chandra. Tapi persoalan Dion dan Bilal mengurungkan niat gadis itu.

Berita Bilal yang menyatakan cinta pada Ayunda sudah diketahui semua penghuni kosan sebab Kai melaporkannya ke grup beserta foto kedua sejoli itu tengah makan. Namun sepulang mengantar Ayunda, Bilal justru bilang kalau mereka sudah putus.

Alasannya karena Ayunda lebih menyukai Dion, dan lebih senang Bilal berteman dengannya.

Setelah itu, Bilal tak pernah terlihat keluar kamar saat Dion ada di kosan. Dia mengaku belum siap bertemu Dion, takut emosinya mendominasi lalu merugikan orang lain.

"Ada kelas pagi, Bang?" pertanyaan Lilis membuyarkan lamunan Rosie, dia baru sadar jika mereka sudah tiba di gerbang Indie Kos.

"Iya." Chandra melirik Lilis dan Rosie bergantian, "Kalian habis olahraga?"

Lilis mengangguk membenarkan, "Habis sarapan di warung bubur Mang Adam juga."

"Gue nggak dibeliin?"

"Orang Abang nggak nitip."

"Lo kagak bilang mau ke sana."

"Au ah, Bang. Capek ngobrol sama orang kayak lo." keluh Lilis sembari merebahkan tubuh di teras. Menikmati sensasi dingin lantai yang menembus punggungnya.

Chandra memakai sepatu lalu menepuk lutut adiknya yang tiduran di sebelah, "Mandi sono, bau."

"Bentar elah, istirahat dulu."

Rosie hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, memaklumi tingkah sahabatnya itu. Lalu jantungnya langsung berdegup kencang saat Chandra menghampiri.

"Gue berangkat dulu, ya." pamit Chandra dalam jarak yang cukup dekat.

"I—iya, Bang. Hati-hati."

Chandra melangkah maju berniat memeluk Rosie, kebiasaannya tiap pamitan pada sang pacar. Tetapi gadis itu malah mundur.

"Jangan Bang, gue lagi keringatan." sebagai gantinya, Rosie mencium punggung tangan Chandra.

Cowok itu tersenyum geli, kemudian mengusap lembut puncak kepala Rosie, "See you."

Rosie membalas dengan melambaikan tangan mengantar kepergian Chandra, setelah itu dia langsung mengunci pagar.

"Astagfirullah! Lilis ih ngagetin aja!" Rosie refleks mengurut dada begitu Rosie melihat sosok Lilis sudah ada di belakangnya.

Cewek itu memicingkan mata curiga, "Bentar deh, adiknya Bang Chandra kan gue. Kok malah lo yang salim?"

Rosie menggaruk tengkuk kepalanya, "Lis, gue bisa jelasin."

"Apa? Jelasin kalo lo pacaran sama Abang gue?" tebak Lilis asal.

"Iya."

Sontak Lilis melotot lebar, "IYA APA ANJIR?" histerisnya.

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang