Di kosan, mungkin Satya dikenal sebagai cowok maniak game yang sering bangun siang ketika kosong jadwal kelas. Dia hanya diuntungkan karena memiliki wajah tampan. Selebihnya adalah aib.
Setidaknya itu pandangan Lilis pada ketua HIMA jurusan Teknik, Satya Wijaya Sarim.
Mungkin hanya Lilis satu-satunya cewek teknik yang tahu kebobrokan ketua HIMA itu, karena kini semua mata cewek baik yang MABA ataupun senior berbinar menatap Satya yang tengah berdiskusi di pinggir lapangan bersama ketua HIMA lainnya.
"Awas jatoh tuh mata." ketus Lilis pada teman satu UKM fotografi yang sejak tadi tak henti menatap Satya.
"Gila Lis! Emang lo nggak jantungan apa satu kosan sama ketua HIMA sendiri? Gue aja deg degan daritadi lihat dia dari jarak sejauh ini."
"Lebay." Lilis mengusap wajah temannya itu, "Dia nggak ada apa-apanya sama Abang gue yang ketua BEM."
Gadis itu cemburut kesal, "Eh iya, btw lo tahu nggak? Katanya Kak Dion itu ketua DPM."
"Apa?!" histeris seseorang.
"Elah, Jen. Kalo datang tuh salam dulu napa." kesal Lilis yang terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Jeni.
"Maksud lo Kak Dion anak kedokteran?"
"Siapa lagi coba? Emang ada kating yang namanya Dion selain dia?"
"Lo tahu dari mana?"
"Dari temen gue yang anak BEM, katanya kemarin Kak Dion habis mergokin MABA yang terlambat. Dan kalian tahu siapa MABA itu?" gadis itu sengaja memberi jeda untuk meningkatkan rasa penasaran Lilis dan Jeni, "Dia Ayunda Maharani, fashion designer muda yang udah go international."
"Kalo itu, sih, kita berdua juga tahu. Ya, kan Lis?"
Lilis mengangguk, "Soalnya dia itu Kakak sepupu Kaifa Halwani."
"Seriously?!" gadis itu tak kuasa menahan rasa terkejutnya, "Parah sih, kalo anak-anak lain tahu kosan kalian isinya orang penting semua, bakal banyak yang mau ngekos di sana."
"Enggak!" seru Jeni dan Lilis bersamaan.
"Nggak ada! Pokoknya lo gaboleh bocorin informasi ini, atau lo bakal gue tuntut atas pelanggaran hak privasi penghuni Indie Kos." tambah Jeni.
"Waduh, serem juga berurusan sama Najwa Shihab-nya kampus. Lagian mau gue bocorin ke siapa, sih? Mending gue rahasiain biar bisa sering main ke kosan kalian."
"Jeni tuh panik kalo ada cewek yang deketin anak-anak Indie Kos." bisik Lilis yang masih bisa didengar Jeni.
"Apaan sih? Kalo gue panik pun karena Abang gue, ya."
Gadis teman UKM Jeni dan Lilis itu tertawa kecil, "Kalian berdua beruntung tahu bisa ada di Indie Kos, kalian gak ada niatan tuker tempat gitu sama gue?"
"Gue sih ogah, Lilis kali tuh mau."
"Lo cuma tahu mereka dari luarnya doang, gue nggak yakin lo bakal kuat tukeran tempat sama gue." ujar Lilis.
Gadis itu mengernyitkan alis tanda tak paham maksud terselubung Lilis dalam kalimatnya, dia pun mengangkat bahu acuh lalu kembali melirik Satya dari ke jauhan.
Iya, temannya itu tidak akan kuat jika harus tukar tempat dengan seseorang yang perasaannya labil. Beberapa menit lalu Lilis memang percaya diri mengatakan dia lelah dengan tingkah Satya di kosan. Tapi detik ini, Lilis seolah dipaksa menarik pendapatnya ketika Satya dengan sengaja menatapnya sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...