"Makanya udah gue bilang jutaan kali juga, jangan keseringan begadang Chie. Sakit, kan, lo sekarang."
Akibat pulang dini hari, paginya suhu badan Rosie mendadak tinggi. Lilis yang mengetahui jam pulang Rosie dari Chandra, langsung memasuki kamar gadis itu dan mendapati sahabatnya jatuh sakit.
"Lis ... udah, ya. Gue mau istirahat." ucap Rosie dengan suara parau. Demamnya kali ini diiringi sakit kepala hebat, terpaksa Rosie harus absen ke kampus hari ini.
Lilis menarik selimut Rosie hingga ke pundak, "Lo gapapa ditinggal sendiri? Teh Jihan, Bli Leo, Bang Mirza sama Mas Jovan udah pergi dari pagi, terus Koko Kenzo juga udah ke kantor."
"Gapapa, mending lo pergi juga sekarang. Ini hari pertama ospek, kating gaboleh kesiangan."
"Ini juga mau berangkat." Lilis membawa gelas kosong bekas Rosie minum obat, "Kalo ada apa-apa telpon gue, atau anak-anak Indie Kos lain."
"Hmmm."
"Pintunya jangan lupa dikunci."
"Hmm."
"Terus kalo nyalain kompor jangan lupa dimatiin."
"Hm."
"Gerbangnya gue kunci, ya, biar gue tenang ninggalin lo sendiri."
Kali ini tak ada balasan. Lilis mencoba melirik wajah Rosie, namun dengkuran halus terdengar lebih dulu. Ternyata gadis itu terlelap, pasti efek obatnya sudah bekerja.
Lilis pun keluar kamar Rosie. Namun sebelum benar-benar menutup pintu, Lilis mengecek ke dalam sekali lagi. Memastikan sahabatnya dalam keadaan aman.
🏠🏠🏠
Tak banyak yang tahu siapa saja sosok Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Nusa Bangsa. Hanya orang-orang terkait yang mengenal mereka seperti dosen, anggota BEM dan anggota HIMA. Selain karena kinerja mereka banyak di balik layar, orang-orang yang terpilih menjadi perwakilan mahasiswa bukanlah sosok yang haus akan ketenaran.
Dan Dion termasuk ke dalam salah satu jajaran perwakilan mahasiswa. Hanya Chandra dan Satya——anak Indie Kos—— yang tahu siapa sosok di balik ketua DPM yang terkenal dingin dan tegas dari beberapa peraturan kampus yang dia sahkan.
Dan kini ketua DPM itu sedang keliling kampus, memantau keberlangsungan ospek dari jarak aman. Langkahnya mendadak berhenti di area depan kampus, mata Dion memicing mengenali wajah seseorang yang familiar.
"Itu bukannya sepupu Kai?" gumamnya.
Ayunda, sosok gadis yang berani memasuki mobil Dion dipertemuan pertama mereka. Bahkan Dion masih ingat bagaimana percaya dirinya gadis itu saat dia meminta Ayunda turun dari mobil.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Dion mampu menarik atensi Ayunda dan dua panitia ospek yang tengah negosiasi dengannya.
"Kak— Kak Dion?" kedua panitia itu mulai diserang panik.
"Lo? Ngapain ada di sini?" itu tanya Ayunda.
"Harusnya gue yang nanya itu." Dion maju lebih dekat, memandang ketiga orang itu bergantian. "Ngapain lo ngajak dua panitia ospek ngobrol di depan gerbang gini?"
"Sepenasaran itu lo sama urusan gue?"
Dion menghela napas dalam, tatapannya beralih pada kedua panitia ospek, "Kalian kenapa ada di sini? Kalian tahu, kan, kita kekurangan orang buat ospek tahun ini?"
"Tahu, Kak."
"Sekarang kembali ke tempat kalian." titah Dion membuat kedua panitia tersebut kabur dan tak menghiraukan panggilan Ayunda yang terus menyebut nama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...