Ayunda tidak pernah menyangka hari ini dirinya pulang ke rumah yang sudah berbulan-bulan ditinggalkan. Rumah itu masih sama, mungkin hanya warna cat temboknya yang diganti karena Maminya tipikal orang yang mudah jenuh.
Dion sempat terkejut ketika dua orang pria berbadan tegap membukakan pintu untuknya dan Ayunda. Tidak menyangka rumah pacarnya begitu megah, ditambah penjagaannya juga ketat. Kini Dion tahu darimana asal baju branded yang sering Ayunda pakai. Di luar fakta gadis itu menyukai fashion, ternyata latar belakang keluarganya yang kaya raya jadi alasan utama.
"Silakan, non. Tuan udah nunggu di dalam." ujar pria yang baru saja membukakan Ayunda pintu.
Cewek itu mengangguk lalu meraih lengan Dion, "Lo udah janji mau nemenin, awas aja kalo kabur."
"Gimana bisa kabur, bodyguard lo aja lebih banyak dari penghuni Indie Kos." bisik Dion ketika mereka mulai memasuki rumah.
Ayunda melirik Dion yang raut tegangnya terlihat begitu kentara, "Muka lo jangan tegang gitu kek, gue jadi makin pengen putar balik."
Dion menatap sinis Ayunda yang masih mendekap tangannya, "Jangan macam-macam, kepala lo nanti yang gue putar."
Ayunda cemberut kesal, namun walau perkataan Dion terkesan sinis, dia bisa merasakan genggaman tangan mereka semakin erat. Dion seolah memberi kekuatan untuknya.
Dan ketika sampai di ruang keluarga, barulah Dion melepas genggamannya. Menyadarkan Ayunda jika Papinya ada di sana.
"Akhirnya kamu pulang juga." pria paruh baya itu meletakkan iPad-nya begitu menyadari keberadaan anaknya, "Apa orang tua harus sakit dulu biar kamu mau pulang?"
"Aku ke sini mau jenguk Mami bukan debat sama Papi." Ayunda menghembuskan napas pasrah ketika Dion menegurnya dengan menyikut tangannya, "Mami dimana?"
"Lagi istirahat di kamar, habis diperiksa dokter Yusuf."
"Yaudah, aku mau ke atas dulu." Ayunda menatap Dion, "Lo nggak apa-apa gue tinggal? Sebentar kok."
"Nggak apa-apa."
Ayunda mengangguk paham lalu kembali melempar tatapannya pada Papinya, "Papi temenin pacar aku dulu, ya. Jangan diapa-apain. Pokoknya kalo dia tiba-tiba minta putus, Papi yang aku tandain."
Dion tak kuasa menahan malu, sebal dengan Ayunda yang melangkah ringan ke lantai atas meninggalkan suasana canggung untuknya.
Cowok itu berdeham pelan kemudian menghampiri Papi Ayunda untuk mencium punggung tangan sopan. Bagaimanapun ini pertemuan pertama mereka, Dion harus meninggalkan kesan baik untuk meraih restu orang tua Ayunda.
"Perkenalkan Om, saya Dion."
"Silakan duduk."
Tanpa sadar Dion menghembuskan napas lega mendengar respon positif Papi Ayunda, dia duduk di sofa lalu matanya tak sengaja melirik layar iPad Papi Ayunda yang menampilkan grafik saham salah satu brand make up terkenal dunia.
Mendadak Dion menelan ludah gugup.
"Jadi udah berapa lama kamu pacaran sama anak saya?"
"Baru, sih, Om. Sekitar seminggu."
"Tapi udah bisa bawa Ayu pulang ke rumah, hebat kamu."
Dion terdiam cukup lama, menimbang apakah ucapan pria di hadapannya adalah pujian atau sindiran.
"Saya boleh tanya, Om?"
"Silakan."
"Apa yang buat Om dan Tante maksa Ayu jadi desainer?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...