"Lu bisa nggak sih?"
"Bisa lah."
"Terus kenapa nggak nyala-nyala anjir."
Lilis mendelik kesal pada Abangnya, cowok bertelinga lebar itu memang hobi bikin rusuh suasana.
"Mending lu diem, Bang. Atau gue bakar juga mulut lu lama-lama."
Chandra sontak mengatupkan bibirnya, jika sudah di ambang batas kesabaran, Lilis bisa lebih menyeramkan dari Nenek lampir.
Lilis kembali fokus memantik korek api hingga api mulai membakar sumbu lilin di atas kue ulang tahun Ummi yang mereka beli dalam perjalanan pulang ke rumah.
"Beres nih, lu udah bilang Ummi belum Bang?"
"Sesuai rencana, sekarang Ummi lagi di rumah. Bahkan sengaja nutup warung buat nyambut kita pulang."
"Emang iya? Tau darimana?"
"Ya nebak aja, emang alasan apa lagi coba?"
"Siapa tau emang Ummi lagi nggak mood buka warung aja."
"Suka-suka lo aja dah Lis." ujar Chandra malas, "Ini kita jadi ngasih surprise birthday atau mau ngomongin warung sih?"
"Menurut lo aja Bang." Lilis bangkit sembari membawa kue ulang tahun, "Cepetan bukain pintunya."
Chandra mengurut dada meluaskan kesabarannya, dia tak mau acara kejutan ini gagal karena emosinya yang tak terkontrol. Ya tapi, kalau punya adik seperti Lilis siapa yang tidak emosi coba?
Lilis mengikuti langkah Abangnya menuju dapur setelah memastikan keberadaan Ummi, gadis itu menghela napas panjang. Jujur dia gugup, ini pertama kalinya mereka merayakan ulang tahun Ummi. Biasanya Ummi akan memasak hidangan spesial untuk anak-anaknya, tapi tahun ini Lilis ingin memberikan kesan yang berbeda. Ditambah Lilis dan Chandra semakin jarang pulang ke rumah.
"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun Ummi, selamat ulang tahun!" wanita paruh baya yang baru selesai menata piring yang baru di cuci itu terkejut, matanya berbinar haru melihat kejutan yang diberikan kedua anaknya.
Lilis tertawa kecil karena Ummi menahan air mata, "Kok nangis sih, ditiup dong lilinnya." ucapnya sambil mengusap sudut mata Ummi.
Ummi memanjatkan doa lalu meniup lilin tersebut hingga apinya padam, beliau tersenyum bahagia sembari memeluk kedua anaknya.
"Gak nyangka, anak-anak Ummi bisa so sweet juga."
"Ini ide Lilis tahu, Mi."
"Oh ya?" Ummi melepaskan peluknya.
Lilis menaruh kue yang dipegangnya sejak tadi di atas meja makan, gadis itu berlari kecil ke mobil Koko yang dipinjam Chandra untuk acara hari ini. Oh iya, salah satu alasan acara ulang tahun Ummi diadakan karena Lilis mau memberikan sebuah hadiah spesial lainnya.
"Ini kado buat Ummi."
Mata Ummi kembali berbinar sembari antusias membuka kotak berukuran cukup besar yang dilapisi kertas kado. Wanita paruh baya itu kembali dibuat terharu saat mengetahui kado tersebut berisi blender dan chopper impiannya.
"Lis, ini beneran buat Ummi?"
"Iya, dong. Ummi suka nggak?"
"Suka banget." Ummi menyeka sudut matanya yang kembali berair, "Kamu dapat uang darimana buat beli ini semua?" tanya perempuan berkerudung itu karena tahu harga kado pemberian Lilis tak murah.
"Iya juga." Chandra menatap Lilis bingung, "Lo bahkan nggak bilang mau beli kado buat Ummi."
"Dari uang halal kok, Mi. Lilis ngambil banyak job fotografer buat beliin blender impian Ummi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...