Ayunda meletakkan pensil yang sudah berjam-jam menari di atas buku sketsanya, dia ingin mengambil jeda sejenak sembari menikmati segelas coklat panas dan penampilan band Cruz di panggung.
Melihat panggung itu, Ayunda jadi ingat momen saat Bilal menyatakan perasaannya di depan pengunjung café Amór. Setelah kejadian tersebut, Bilal cukup memberi jarak dengannya. Mereka memang masih sering bertemu di UKM musik, namun terlalu canggung untuk menikmati waktu berdua seperti dulu.
Dan Ayunda memahami itu.
Terkadang kita hanya butuh jarak dan waktu untuk menata hati yang berantakan. Sebagaimana yang dilakukan Ayunda pada Dion, dia merasa sangat bersalah setelah mendengar kabar Dion dan Rosie ternyata adik kakak. Tetapi itu bukan satu-satunya alasan, Ayunda mulai merasa dinding yang dibangun Dion terlalu tinggi hingga dirinya hampir menyerah.
Sudah lama Ayunda menahan diri agar tidak main ke fakultas kedokteran, walau beberapa kali kakinya tak sengaja melangkah ke sana seolah telah jadi kebiasaan. Ayunda juga sudah lama tidak belajar masak atau minta diajari memasak, hal itu sempat ditanyakan chef café Amór yang merasa kehilangan muridnya.
Ayunda mungkin sudah akan lanjut membuat sketsa desain koleksi fashion terbarunya ketika matanya tak sengaja melihat Dion masuk café, lalu mata mereka tak sengaja saling bertemu. Ayunda kira hanya sampai situ, dia tak menyangka jika Dion melangkah ke arah mejanya.
"Gue boleh duduk di sini?"
Ayunda berusaha menguasai dirinya, "B—boleh."
Cowok itu langsung duduk di kursi depan Ayunda lalu memanggil waitress untuk memesan. Ayunda masih belum percaya momen ini terjadi, momen dimana Dion mendekatinya terlebih dahulu.
Setelah selesai memesan, Dion melepas tas ranselnya dan mendapati Ayunda memandanginya begitu intens.
"Ada yang salah sama gue?"
Ayunda menggeleng cepat, "Gue cuma nggak nyangka bisa ketemu lo lagi. Btw, lo apa kabar?"
"Harusnya gue nggak, sih, yang nanya itu? Lo udah lama nggak main ke fakultas kedokteran."
"Gue nggak punya cukup keberanian buat ketemu lo."
Dion tersenyum samar, jika Ayunda tidak fokus, mungkin dia tak akan menyadarinya, "Gue udah tahu dari Kai, lo nggak perlu segitu takutnya karena orang yang nggak tahu hubungan gue sama Rosie bakal berpikiran yang sama kayak lo."
"Tetap aja, Yon. Gue nggak enak udah nuduh Rosie yang enggak-enggak."
"Rosie sama Chandra baik-baik aja sekarang, jadi lo nggak usah khawatir."
Tanpa sadar Ayunda tenang, penjelasan Dion berhasil membuatnya lega. Berbagai kekhawatiran yang selama ini menghantuinya mulai hilang. Walau Ayunda terlihat seperti sosok yang angkuh, namun sebenarnya dia juga berhati besar yang akan mengakui dan mempertanggung jawabkan kesalahannya.
"Syukurlah, gue udah kangen banget ganggu lo." Ayunda menutup buku sketsanya, "Jadi lo ke sini buat jelasin itu doang?"
"Lo lagi sibuk nggak?" bukannya menjawab, Dion malah balik bertanya.
"Enggak sih." jawab Ayunda dengan alis berkerut, dia semakin dibuat bingung saat Dion tiba-tiba pindah duduk di sebelahnya. Cowok itu meletakkan jidatnya di bahu Ayunda.
"Gue juga kangen lo." bisik Dion yang dapat didengar jelas oleh telinga Ayunda. Memberikan efek kupu-kupu di perutnya, apa Dion sadar mengatakan hal itu?
"Please biarin gue gini setidaknya sampai pesanan gue datang."
Atau Dion mengatakan itu karena terlalu banyak beban di pikirannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...