Jovan termasuk salah satu penghuni Indie Kos yang tak punya media sosial setelah Dion. Menurutnya media sosial hanya menyita waktu dan menghambat pekerjaan saja, karena itulah Jovan sering ketinggalan info viral yang sedang ramai diperbincangkan.
Terkadang Jovan tak nyambung jika anak-anak kosan sudah membicarakan hal viral di meja makan.
Begitupun hari ini.
Jovan dibuat bingung saat orang-orang berbisik sembari meliriknya, sepanjang jalan. Bahkan ketika dirinya tiba di ruang siaran.
"Nah, ini dia bintang kita datang." Jovan makin mengerutkan keningnya kala Fikri, teman dekatnya di studio merangkul dan mengajaknya duduk di sofa sebelah general manager.
"Ini ada apa, sih? Tumben juga Bapak manajer ada di sini?"
Pria berusia setengah abad lebih itu tersenyum lebar, "Sengaja, saya mau lihat bintang Genus radio."
"Bintang apa maksudnya?"
"Kamu nggak lihat berita viral hari ini?"
Melihat Jovan menggeleng, Fikri sontak menepuk jidat, "Oh iya! Jovan, kan, nggak punya sosmed, Pak. Pantesan dia kayak orang linglung dari tadi."
"Kok bisa kamu nggak punya sosmed?"
"Bapak belum jawab pertanyaan saya, loh. Kenapa Bapak ada di sini? Dan kenapa kalian dari tadi nyebut bintang? Maksudnya Bintang Emon mau jadi tamu kita?" Jovan melihat kedua pria beda generasi itu bergantian.
Fikri tertawa cukup keras sembari menepuk pundak Jovan, "Bukan, Van. Lo lagi viral di sosial media sebagai penyiar bijaksana."
"Kok bisa?"
"Karena kata-kata lo menyentuh banyak orang." Fikri menyodorkan ponselnya yang menampilkan postingan viral dimana suara Jovan menjadi latar belakang video itu.
Jovan mengacuhkan ucapan Fikri, tatapannya fokus menatap profil Instagram seseorang yang memposting video viral itu. Dia cukup terkejut karena tak menyangka Rosie niat memposting video sarannya untuk gadis itu beberapa waktu lalu.
Tapi wajar jika video itu viral mengingat Rosie punya basis penggemar yang cukup loyal dan banyak.
"Saya dan Fikri sedang diskusi untuk mengadakan meet and greet mengingat popularitas kamu cukup naik sekarang."
Jovan memberikan ponsel Fikri pada pemiliknya, "Tapi Bapak belum minta persetujuan saya."
"Memang kamu nggak mau ketemu penggemar?" Jovan menggeleng.
"Saya akan jadikan Lagu Bercerita program utama Genus radio kalo kamu setuju meet and greet."
"Saya tetap nggak tertarik."
"Van!" pekik Fikri kesal dengan keputusan sepihak Jovan.
"Saya akan naikkan gaji kamu."
Jovan menggeleng lalu berdiri, berniat siap-siap karena acara Lagu Bercerita akan dimulai lima belas menit lagi.
"Saya tetap nggak mau, Pak."
"Kalo saya kasih kamu waktu libur, kamu tetap menolak?"
Mendadak Jovan berbalik, dia teringat permintaan sang anak yang mengajaknya pergi ke kebun binatang minggu depan. Dia ingin kedua orang tuanya hadir sebagaimana teman-teman sekolahnya yang lain.
"Jadi gimana, Jovan?" tanya pria berkacamata itu dengan senyum penuh kemenangan.
"Saya setuju kalo ketiga tawaran Bapak tadi dikabulkan semua, gimana? Bapak sanggup?"
Bukannya merasa dimanfaatkan, general manager itu mengeluarkan kertas dari amplop coklat yang dibawanya.
"Kalo gitu kamu tanda tangan di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...