"Terima kasih, ya, Mas."
Mirza mengangguk, "Nanti kalo ada yang mau ditanyakan, bisa hubungi nomor di kartu nama itu, ya, Bu."
"Siap, Mas."
Mirza tersenyum bahagia melihat satu lagi kucing di rumah penampungan memiliki majikan. Kondisi istimewa yang dimiliki kucing-kucing di rumah penampungan membuat mereka sulit menemukan orang yang bersedia merawat dengan sepenuh hati.
Karena latar belakang kucing-kucing di sana terbilang menyedihkan, ada yang ekornya putus sebab dipotong orang jahil, ada yang bulunya botak karena disiram air panas, ada yang kakinya pincang setelah terlindas mobil, dan masih banyak lagi kondisi menyedihkan lainnya.
Mirza berniat memberi makan para kucing saat seorang wanita memasuki rumah penampungan dan bertanya.
"Permisi, kamu yang namanya Mirza, ya?"
"Iya betul. Ada perlu dengan saya?" jawab Mirza dengan alis bertaut.
Wanita itu tak menjawab, dia memberikan sebuah kartu nama pada Mirza.
"Saya minta kamu jauhi Mia."
Mirza menatap wanita itu setelah membaca kartu nama yang ada di tangannya, ternyata dia adalah manajer Mia Prahesti.
"Kenapa?"
"Karena kamu memberikan dampak buruk buat Mia."
"Dampak buruk seperti apa?"
"Gara-gara kamu, Mia jadi jarang ikut acara manajemen. Dia juga makin tertutup sama artis-artis di lokasi syuting."
Mirza sontak terdiam, dia baru mengetahui fakta tersebut. Apa benar Mia semakin tertutup setelah mengenalnya?
"Lagipula Mia nggak cocok main sama orang kayak kamu." wanita itu menatap Mirza dan rumah penampungan dengan tatapan jijik, "Dia tuh artis, sedangkan kamu cuma relawan di rumah kumuh. Saya nggak mau artis saya punya masa depan buruk."
Kata-kata itu melukai harga diri Mirza terlalu dalam, dia sampai tak kuasa membalas atau menanggapi perkataan wanita tersebut. Cowok itu hanya bisa menatap kepergian manajer Mia yang tiba-tiba berhenti di ambang pintu.
"Anggap kedatangan saya hari ini bentuk somasi buat kamu." kemudian wanita itu melanjutkan langkahnya ke mobil mewah yang terparkir tak jauh dari rumah penampungan.
Tanpa sadar Mirza mengepalkan tangan erat.
Tak lama ponsel yang terletak di etalase bergetar, Mirza melirik layarnya yang menampilkan pop up pesan dari Mia.
From : Mia Prahesti
Saya hari ini ada jadwal kosong, kita jadi ke tempat wisata itu?
Mirza menatap kosong ponselnya lama.
Hingga layarnya mati terkunci dan pesan tersebut tak berbalas.
🏠🏠🏠
Jeje sudah lama mengenal Rosie, jauh sebelum band mereka terbentuk.
Awal pertemuan itu terjadi ketika Rosie membawakan lagu ciptaannya untuk Bilal —Kakak tingkat favoritnya— di hari terakhir masa orientasi mahasiswa baru. Sejak saat itu, Jeje tertarik dengan suara dan paras cantik Rosie. Dia bahkan diam-diam mencari tahu semua hal yang berkaitan dengan gadis itu.
Mulai dari tempat kosan, café favorit, dan hobi makannya yang unik membuat Jeje berani mendeklarasikan diri menyukai Rosie. Dia bahkan sudah berniat pendekatan dengan menjadi anggota UKM musik.
Namun, berita hubungan Rosie dan Marko membuatnya mengurungkan niat. Jeje perlahan mundur dan merelakan perasaannya yang pupus tanpa usaha.
Siapa sangka jika takdir berkehendak lain, kesempatan baik justru hadir setelah Rosie dan Marko putus. Itulah kenapa saat Bilal menawarkannya gabung band, Jeje tak menyia-nyiakan kesempatan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie Kos
General FictionDulunya Indie Kos adalah kosan khusus cowok, tapi sejak Mirza minta Ibu kos terima adik perempuannya bersama teman-temannya ngekos di sana. Indie Kos pun berubah jadi kosan campuran. Kabar baik itu disambut antusias oleh para penghuni cowok. Rocelin...