🏠 6. Tekad Bulat Seorang Lily

4.7K 765 86
                                    

Walau baru kuliah dua semester, nama Lily Syahfitri begitu terkenal seantero Fakultas Teknik. Raga boleh perempuan, tapi jiwa Lilis bisa lebih kuat dari laki-laki. Dia satu-satunya mahasiswi junior yang bisa begitu akrab dengan senior-senior yang populasinya kebanyakan makhluk berbatang.

Faktor pertama, karena Lilis sudah dikenal sebagai adik Chandra yang mana ketenaran cowok itu saja menembus circle orang-orang luar kampus. Faktor kedua, karena Lilis dikenal sebagai cewek tomboy yang suka blak-blakan, tapi semua kata-katanya adalah kebenaran. Faktor ketiga, karena Lilis dikenal sebagai cewek kuat yang tak pernah bergantung pada siapapun termasuk pada Abangnya sendiri.

Tetapi dari semua faktor itu, hal yang jadi modal dasar Lilis dalam berteman dengan senior-seniornya adalah friendly. Sebenarnya cewek itu membuka pertemanan dengan siapapun, tapi berhubung fakultas teknik isinya 90% cowok, mau tak mau Lilis harus siap berkomunikasi dengan berbagai karakter cowok.

Makanya di kosan dulu, Lilis sempat jadi penasihat cinta karena dia bisa mendeteksi cowok yang serius dan yang main-main hanya dengan sekali pertemuan.

"Lis!"

Lilis yang baru menyelesaikan kelas dance-nya mengelap keringat sembari melihat Mona—teman akademinya— menghampiri dengan wajah sembab.

Lilis memang punya keahlian dance di atas rata-rata, sejak kecil dia rutin mengikuti kelas tari di akademi Starlight Dance—tempatnya mengajar. Karena kedisiplinan dan keahliannya, Lilis direkrut sebagai guru dance modern di salah satu kelas oleh pemilik akademi.

"Kenapa lo?" Lilis panik sebab dari dekat wajah Mona begitu kacau, hidungnya merah, bahkan matanya sedikit bengkak.

"Ternyata lo bener." Mona sesegukan, "Kak Heru gak mau nikahin gue." kemudian suara tangis sendu terdengar, bahu Mona naik turun tak beraturan.

Lilis hanya mengusap pundak temannya. Jujur karena teman perempuannya yang bisa dihitung jari, Lilis jadi tak tahu harus berbuat apa untuk menghibur perempuan yang sedang bersedih. Bahkan salah satu faktor kesedihan itu karena dirinya.

"Mon, gue minta maaf."

Mona menggeleng keras, "Enggak Lis, lo gak salah. Harusnya gue percaya kata-kata lo waktu bilang Kak Heru cuma cari pelarian." gadis itu menyeka air matanya, "Si brengsek itu udah punya tunangan dan gue cuma dijadiin pelarian dari rasa bosennya. Dasar cowok bajingan!"

Lilis menggigit bibir bawahnya, teringat kembali saat dia mengutarakan hasil risetnya pada Mona. Setelah pertemuan pertama Lilis dengan Heru dan Mona di parkiran akademi. Cewek itu mencurigai adanya kebohongan juga bentuk cinta palsu dalam tatapan, tingkah juga ucapan Heru.

Gadis itu jelas marah besar, bahkan sampai memblokir nomor Lilis. Tapi entah karena kepribadian Mona yang mudah memaafkan atau mudah lupa, dua minggu sejak kejadian itu Mona kembali mengajaknya bicara seolah tak terjadi apa-apa.

"Pokoknya gue benci cowok brengsek itu!"

Mona masih terus mengutarakan kesedihan serta kebenciannya.

Dan Lilis masih tak tahu harus merespon kesedihan Mona seperti apa.

🏠🏠🏠

"Woy, ini kenapa air gak ngocor sih?"

Chandra dan Satya yang sedang main PS hanya melirik Lilis sekilas lalu kembali fokus pada permainan.

"Emang gak ngocor, Lis?" tanya Kenzo dari meja makan lalu berjalan menuju kamar mandi umum dekat dapur, membuka keran air, "Ngocor, kok."

"Gimana ceritanya kamar gue doang yang gak ngocor, Ko?" Lilis menunjuk rambutnya yang masih berbusa, "Gue lagi keramas jadi gak bisa bilas."

Indie Kos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang