35. De Javu

364 54 8
                                        

Hal yang paling aku benci dari diriku sendiri adalah ketika aku sedang menghabiskan waktu dengan seseorang, ada saja hal-hal menggemaskan yang ia lakukan, tapi yang kuingat malah kamu.

Rapsberry Latte

Lima tahun sudah berlalu ..

Cafe yang sempat terkenal karena peristiwa kebakaran dua tahun yang lalu, kini menjadi sangat ramai pengunjung. Cafe ini viral karena brand ambassador nya adalah model asal Bali yang sedang naik daun. Belakangan ini, model tersebut menjadi pusat dari kecantikan para gadis-gadis. Para perempuan mengecat rambut mereka sesuai dengan warna rambut model tersebut.

"Mantha, coba lihat siapa yang jadi sampul majalah lagi!"

"Ooo itu, kembaranku!"

"Ia mengubah warna rambutnya lagi! Saudaraku memang keren!"

"Hey kalian berhentilah halu, Lulatte itu kakak ku!"

Seperti itulah percakapan para perempuan beberapa bulan belakangan ini.

"Berhentilah mengagungkan dia. Aku yakin asli nya tidak secantik itu." muak salah satu laki-laki dikelompok itu.

"Semua perempuan itu cantik tanpa harus dapat pengakuan darimu." celetuk seseorang yang baru saja masuk cafe.

Perempuan dengan rambut pirang dan bergelombang itu menari perhatian kelompok tersebut.

"Lulatte?!" para gadis di meja itu serempak berdiri.

Berita itu cepat tersebar di seluruh ruang lingkup cafe. Entah pria ataupun perempuan, remaja maupun yang sudah dewasa meminta untuk bisa berfoto dengannya. Setelah mendapatkan kopi yang dipesannya, seseorang menarik Lulatte keluar dari kerumunan itu.

"Aku ini manager bukan bodyguard! Jika begini terus, aku akan minta kenaikan gaji!"

"Hehe .. maaf ya wiki."

"Berhentilah membuat kegaduhan dan namaku Willy!"

Willy adalah manager Lula. Ia sudah berjuang bersama bahkan saat Lula dari saat masih merintis. Meskipun dia bukan artis, namun ia membuat nama panggungnya sendiri yaitu 'Willy-Nilly' yang artinya 'mau tidak mau'. Ini terinspirasi dari perjalanannya bersama Lula yang semaunya sendiri, dan mau tidak mau ia harus terus bersamanya.

"Hadueh .. puspa deh, di Jakarta apa-apa macica muchtar." Willy mengeluh.

"Gak usah dibawa pusing. Namanya ibu kota, yah pasti macet. Lagian ngapain sih ngambil job jauh-jauh. Udah enak di Bali aja."

"Ih.. Ini mah perusahaan bunaken sembarang perusahaan. Spektakuler!" Willy meyakinkan Lula.

Lula tidak peduli sebesar apa perusahaan tersebut. Yang ia inginkan hanya pulang lagi ke Bali sekarang ini. Ia tidak suka dengan gedung-gedung yang menjulang dan jalanan yang padat. Kebahagiaannya hanya melihat sunrise sambil minum air kelapa muda dengan pemandangan laut.

"Udin sampaiii..." Willy membangunkan Lula yang ketiduran di mobil.

"Bangunan!!" teriak Willy

"IYA, AKU BANGUN SEKARANG!"

Lula dan Willy pun masuk ke gedung tersebut. Setelah masuk, ia langsung di sambut hangat oleh salah satu karyawan di sana. Mereka berdua langsung diantarkan masuk  ke ruangan sang Direktur.

"Permisi Pak, tamu kita sudah sampai."

"Oh iya, silahkan masuk."

Lula dan Willy pun masuk  ke dalam ruangan tersebut. Willy kagum dengan interior ruangan yang unik dan Lula yang sedikit terkejut. Mereka pun dipersilahkan duduk oleh Direktur.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang