Ketika dia jauh entah dimana, rasa pelukannya terasa dekat.
Ketika dia sudah berada dijarak pandang mata, rasanya terlalu jauh untuk dipeluk.Rapsberry Latte
Seusai lelah tertawa, "Akhirnya selesai juga! Sekarang aku bisa lega pulang ke Bali." ucap Gadis sambil merenggangkan tangan.
"Sekarang udah gak ada si tante. Kamu gak mau disini aja?"
Gadis menggelengkan kepalanya, "Bali itu rumahku sekarang."
"Kalau gitu, biar aku yang kesana."
Max bersiap mengambil koper, tapi Gadis menahan langkahnya sebelum aksi nekatnya dilakukan.
"Untuk?"
"Yah biar sama kamu terus lah." polos Max.
Gadis diam sejenak, "Max, kerjaanku sekarang gak netep."
"Emangnya kamu mau kemana sih? US? Inggris? Spanyol? Jepang?"
Gadis berpikir sejenak. Ia mencari alasan mana yang tepat untuk menyelesaikan menahan Max.
"Yah .. di tempat-tempat yang gak bisa kamu tuju, mungkin."
"Aku bisa beberapa bahasa. Aku juga cepet belajar bahasa asing. Aku bisa dapat kerja cepat disana. Dengan kata lain. Di bumi ini, gak ada tempat yang gak bisa aku gapai." balas Max.
Max memang sudah menguasai banyak bahasa. Dari kecil bahasa inggris dan mandarin sudah seperti bahasa ibu untuknya. Seiring berjalannya waktu ia belajar banyak bahasa seperti Spanyol, Jepang, Italia dan Rusia.
"Max, aku gak bisa nikah dalam waktu dekat. Kamu mau pergi kesana kemari dengan orang yang belum kamu ikat?"
"Aku akan tunggu sampai kamu siap." jawab Max yakin.
Kali ini Gadis sudah kehabisan alasan untuk menghindari dari Max.
"Max.." lelah Gadis.
"Berapa? Lima tahun lagi? Sepuluh? Berapa lama pun aku siap." tegasnya.
"Untuk kamu, aku bisa nunggu selamanya." lanjut Max.
"Terus gimana dengan Quin?"
Pertanyaan itu cukup membuat Max berpikir lama. Ia juga baru sadar bahwa perjodohannya dengan Quin masih berlangsung. Semenjak Gadis menghilang, perjodohan itu dilanjutkan oleh tante Dziwo sampai akhirnya mereka bertunangan kali ini.
"Aku bisa bicara baik-baik sama Quin. Dia pasti ngerti." ucap Max.
"Kamu gak mikirin perasaan dia yang udah berjuang selama lima tahun ini?" Gadis terlihat kecewa.
"Kamu gak mikirin juga perasaan aku tanpa kamu selama lima tahun ini?" Max membalas dengan wajah yang lebih kecewa.
Gadis menarik nafas dalam-dalam. Keras kepala Max memang tidak berubah dari dulu, bahkan lebih keras dari pada sebelumnya. Jika Max sudah bilang tidak yah tidak.
Max meraih kedua tangan Gadis, "Dis .." lembut panggilnya, "Aku gak bisa banyangin masa depan aku nanti tanpa kamu. Karna masa depan itu sendiri adalah kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
Roman d'amourNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...