21. Cerita Iceland : Hari Kelima

495 69 17
                                    

Setelah melewati malam gelap yang sulit untuk Max maupun Gadis, mentari pun akhirnya bersinar kembali. Semua hampir selesai packing untuk keperjalanan berikutnya, kecuali Gadis. Perempuan itu masih tertidur lelap di kasurnya. Dame berusaha membangunkannya, tapi ini akan menjadi rintangan yang sulit. Dari membangunkannya menggunakan mulut sampai harus menyiramnya dengan secangkir air penuh.

"GILA!" teriak Gadis kesal.

"IYA, AKU JADI GILA PERKARA BANGUNIN ALIEN!" balas Dame.

Dengan posisi marah dan basah, Gadis bangun dari tempat tidurnya.

"Kamu kenapa?" tanya Dame melihat mata Gadis yang sembab.

Dame juga curiga dengan botol bir yang tergeletak di atas meja. Memang benar Gadis suka minum minuman beralkohol, tapi dia hanya akan minum jika esok harinya ia tidak punya aktivitas. Di Jakarta Gadis hanya akan minum jika besoknya ia libur kerja. Jika besoknya dia masuk kerja namun tetap minum itu artinya harinya pada saat itu buruk.

"Aku sedih."

"Karna?"

"Karna .. SEJAK KEMARIN TEMANKU OFFICIAL MENJADI BUCIN TOLOL!" teriak Gadis dan langsung meninggalkan Dame.

"AKU GAK PACARAN AMA ALEX TAU!" balas Dame meskipun ia tau tak didengar.

• • •

12.00 PM

Gadis dan kawan-kawan sekarang mengunjungi salah satu destinasi otentik di Iceland. Skaftafell atau yang biasa kita kenal Gua Kristal Es. Sebetulnya tidak disarankan untuk datang kesini jika belum berpengalaman karna permukaan es yang sangat licin untuk berjalan. Apalagi ini pertama kalinya untuk Gadis dan Dame.

Mereka semua mulai masuk ke dalam Gua Es tersebut. Dinding raksasa berwarna biru kehijauan itu mengelilingi mereka. Lantai es yang licin dan suhu yang semakin dalam berjalan masuk semakin dingin. Semuanya tampak berhati-hati, kecuali Sam dan Nathan. Mereka terkadang pelan-pelan mencoba untuk berseluncur dan mempraktikan putaran pemain ice skating.

"Aw!" teriak Gadis kesakitan.

Ia tergelincir dan kehilangan keseimbangannya. Sebelum terjatuh, ia sempat berpegangan pada sebuah batu. Alih-alih menghindari jatuh, sarung tangannya justru robek. Untung saja hanya sarung tangannya, tapi sialnya tak ada lagi yang melindungi tangannya dari suhu Gua Es itu.

"Coba sini liat tangan kamu." Max langsung melepas genggaman Quin dan menghampiri Gadis.

"I'm okay." Gadis berusaha untuk bangun.

"Aku bantu." Kelvin pun ikut menyusul dan membantu Gadis berdiri.

"Ini." Max langsung memberi sebelah sarung tangannya kepada Gadis.

"Gak perlu."

"Kamu bisa kedinginan." Max memaksa.

Kelvin langsung menggenggam tangan Gadis dan memasukan tangan perempuan itu ke dalam saku mantelnya.

"Dia gak akan kedinginan dan jatuh lagi." Kelvin memandang Max dengan serius.

"Caelah, Kelvin kayaknya lulus uji coba lab nih!" teriak Sam.

"Bentar lagi ada logo halal nya!" saut Nathan.

"Iceland keras bos!" ucap Sam dengan nada pantun.

"Cakep!" saut Nathan.

"Lo antepin cewek lo sehari, temen lu ambil alih!"

"Jahh!"

"Iceland keras bos!" kali ini Nathan yang berpantun.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang