9. Godaan

1.1K 137 13
                                    

Bahwasannya, orang-orang tidak akan menaruh rasa hormatnya pada mereka yang haus dihormati.
Sebab apresiasi tidak diberikan berataskan tekanan melainkan tindakan.

Rapsberry Latte

"Aku bawain makan siang buat kamu."

"Oh terima kasih, tapi aku tidak enak menerima ini. Jadi untuk makan siangmu sendiri aja." ucap Gadis dengan senyum semringah.

"Aku udah ada dimobil. Emang sengaja aku beli dua. Diambil ya?" paksa Kelvin.

"Terima kasih."

Inilah posisi yang paling memuakan bagi Gadis. Ia tidak bisa menolak secara terang-terangan kepada pelanggannya ketika sedang jam kerja. Jika ditolak secara halus maka para pelanggan akan merasa diberi harapan, tapi jika ditolak secara kasar, itu akan merusak nama baik cafe tempat ia bekerja.

"Dis, break ya. Oh iya, makan diluar dulu ya, pipa di ruangan staff sedang diperbaiki."

Terdengar suara berat keluar dari ruangan staff. Pria berkacamata, kulit putih bersih, cukup tinggi dan punya kharisma yang unik. Dia adalah Nanda, pemilik cafe sekaligus yang menjadi supervisor di shift Gadis hari ini.

"Kebetulan, makan bareng dimobil aku aja." tanya Kelvin yang mendengar percakapan Gadis dan Nanda.

"Hmph, gak usah."

"Terus mau makan dimana?"

"Di luar."

"Yaudah kalau gitu aku ikut aja."

"Jangan, panas."

"Kalo panas berarti dimobil aku aja."

Gadis tidak bisa berkutik lagi, tidak mungkin dia bersikap buruk kepada pelanggan apalagi sekarang ada bos dihadapannya.

• • •

"Besok kamu kerja?"

"Kenapa mau kirimin makanan lagi?" sindir Gadis.

"Kamu mau aku kirimin lagi?" senyum Kelvin.

"Enggak."

Ada saja cara Kelvin membuat Gadis tak berkutik dan kalah berdebat. Tak hanya wajah, sikap dan caranya menjawab juga cocok dijadikan pemeran utama di novel-novel.

"Terima kasih untuk makan siangnya."

"Berterima kasihlah dengan cara yang layak."

"Apa?"

"Ngedate."

"Hm, kalo itu .."

"Kapan libur? Biar aku jemput."

"Aku belum jawab mau apa enggak."

"Aku gak kasih pilihan, aku ngajak. Cewek tuh gak suka dikasih pilihan, jadi biar aku yang langsung menentukan."

Gadis diam, ia malas berdebat dengan Kelvin. Lebih tepatnya, ia tidak tau harus menjawab apa. Bisa diakui bahwa Kelvin tau cara memperlakukan wanita dengan baik.

"Ayolah, kita cuma jalan-jalan aja kok."

"Oke. Camkan ya. Kita jalan-jalan bukan dating. Dan ini cuma tanda ucapan terima kasih, bukan pdkt." jelas Gadis.

"Iya, Allula Gladis. Untuk saat ini." Kelvin tersenyum.

"Tau darimana nama panjangku?"

"Rahasia."

"Cepat beri tau."

"Akan kuberi tau di dating kedua."

"Enggak ada dating yang kedua!"

"Berarti nanti dihitung dating dong?" senyum Kelvin.

Lagi-lagi Gadis dibuat mati kata oleh Kelvin. Ia sekarang tampak seperti orang bodoh yang tidak bisa bicara. Ia hanya fokus menghabiskan makanannya sekarang.

"Ayolah, ramah sedikit."

"Sikap orang kepadamu itu cerminan sikapmu kepada orang lain."

"Maksudmu jika aku baik kepada Max, kamu akan baik kepadaku juga?" tebak Kelvin.

Gadis tidak menjawab, ia tampak acuh. Tidak ada gunanya menjawab pertanyaan Kelvin. Itu hanya memperpanjang dialog.

"Max itu naif. Aku tidak sudi bersikap baik dengannya."

Gadis masih acuh. Bukan tanggung jawabnya juga mengurusi pertikaian antara Kelvin dan Max.

"Kami sudah dekat dari kecil. Karna ibunya Max meninggal dari ia kecil, ia sering dititipkan di rumahku sebelum ayahnya menikah lagi. Kami sering berbagi mainan. Dulu kami akrab."

Gadis tidak menjawab, tapi kali ini ekspresinya menunjukan dia sedang mendengarkan.

"Anak kecil itu sering memperebutkan mainan, kan? Sering menangis jika salah satu kalah, kan?"

"Tapi tidak dengan Max. Ketika aku merebut mainannya, dia membiarkan begitu saja."

"Aku semakin sering merebut mainannya, menjahilinya, tapi dia hanya tersenyum."

"Bukankah itu terlalu dewasa untuk anak umur 4 tahun? Ibuku jadi selalu membandingkan diriku dengannya."

"Sampai sekarang kamu masih meyakinkan semua orang bahwa kamu lebih baik dari Max dengan cara kamu membully nya." potong Gadis.

"Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa lebih baik dari Max." lanjutnya.

"Mungkin aku bisa bersikap baik denganmu ketika sedang jam kerja. Tapi dimataku, kamu akan selalu menjadi orang yang menyebalkan."

"Hari sabtu jam tiga, disini. Cepat selesaikan hutang ini dan jangan pernah beri aku makan siang lagi."

Kalimat itu mengakhiri pertemuan Gadis dan Kelvin. Gadis keluar dari mobil dan masuk ke dalam cafe. Meninggalkan Kelvin sendiri dalam mobil.

"Ck! Lo pasti jadi milik gue. Gua pastikan itu." sambil menatap Gadis masuk ke dalam cafe dari dalam mobil.







Rapsberry Latte mengambil alih :
Terima kasih sudah membaca, semoga bisa menjadi teman dihari-hari kalian yah 😉
Jangan lupa komen disetiap babnya hehehe.
Aku suka baca setiap komen kalian. Karna perjalanan seorang penulis adalah perjalanan seorang pembaca.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang