Ketika kamu sudah menetapkan hatimu untuk memiliki ikatan dengan seseorang. Maka kamu juga harus memantapkan mentalmu untuk kehilangannya sewaktu-waktu.
Rapsberry Latte
"Ah sial!" ucap si tuan rumah.
"Maaf ya, hari ini aku yang beruntung darling." senyum tante Dziwo.
Bram pun menggandeng tante Dziwo dan pergi meninggalkan rumah besar itu. Mereka bertiga berada di dalam mobil. Bram yang menyetir sambil memegang tangan tante Dziwo dan Lula yang menjadi kepompong di belakang. Lula terheran melihat sikap tante Dziwo yang biasanya dingin dan anggun di kantor, berubah menjadi wanita bau tanah yang mengemis kasih sayang.
"Hari ini temenin aku nonton bioskop ya. Ada film yang pengen banget aku tonton." Tante Dziwo bersandar dipunggung Bram. "Abis nonton nanti kita belanja kebutuhan kampus kamu." lanjutnya.
Lula yang bosan dan jijik dengan percakapan tersebut, memainkan ponselnya. Ia mengecheck berita baru apalagi yang mengenai dirinya. Berita terbaru hari ini lagi-lagi wartawan yang memergoki Max sedang makan di restaurant favorite nya. Ia pun iseng mengirim pesan kepada Max.
Lula
Sepertinya, kamu lebih terkenal daripada saya yah sekarang.Max
Saya benar-benar terganggu, tau.Lula
Kamu hanya perlu memberi jawaban.
Semakin kamu diam semakin mereka penasaran.Max
Saya harap ini cepat berakhir.Lula
Saya harap, saya juga bisa
mengharapkan hal yang sama.Pesan berakhir, Max hanya membaca tanpa membalas. Lula kembali dalam kebosanan. Entah sampai kapan ia harus terlibat dengan keluarga mereka. Yang jelas, ia ingin cepat-cepat pergi dari kota ini.
Di saat yang bersamaan, di sebuah kamar yang besar.
"Dis, aku berangkat ke kantor dulu." Max mengangkat foto yang selalu ia taruh di meja kecil sebelah tempat tidurnya.
"Kamu tau, semenjak kepergianmu aku sudah berubah. Aku bukan Max yang penakut dan lemah lagi. Aku sudah pantas menjadi laki-laki yang bisa melindungimu." lanjutnya.
"Kata papa, aku lebih terlihat seperti Eden. Selama lima tahun ini, Eden mengajariku untuk menjadi kuat. Kita harus berterima kasih nanti." Max tersenyum.
"Tapi saat waktunya kamu di hadapan aku, aku pasti otomatis berubah menjadi Max yang tunduk denganmu. Aku juga tidak tau kenapa."
Setelah bermonolog, Max menaruh foto itu dengan hati-hati, "Cepat pulang Gadis. Aku rindu diriku yang dulu."
• • •
Seusai menonton film, Lula kali ini tengah asyik memakai earphone tanpa memutar musik. Ia sengaja melakukan hal itu agar tidak perlu bicara dengan orang lain tanpa harus dibilang sombong. Tante Dziwo juga sepertinya sedang asyik dengan Bram.
"Kamu lagi perlu apa di kampus?"
"Sebenarnya banyak tapi aku rasa yang penting-penting aja, sayang."
"Jangan jahat seperti itu .. Kamu pikir aku semiskin apa? Sebut aja semua yang kamu ingin kan."
"Makasih ya sayang. Hati baik kamu melebihi malaikat." Bram merangkul tante Dziwo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
RomanceNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...