8. Hand Sanitizer

1.1K 142 8
                                    

Seseorang bisa menjadi kuat
karena memiliki masa lalu yang berat
atau tangan seseorang yang menggenggam erat

Rapsberry Latte

"Kamu mau sampai kapan jadi pengecut?"

"Aku.."

"Hidup gak pernah kasih belas kasihannya Max! Selama hidup, kamu cuma diberi satu pilihan yaitu berjuang."

"Aku gak tau apa yang telah kamu lewati, tapi yang pasti, jika aku jadi kamu, aku akan berjuang agar ayahku tidak jatuh ke tangan perempuan itu."

"Tapi aku .."

"Ketika kamu masih punya sesuatu yang bisa dilindungi, jagalah sebelum mereka pergi selamanya!"

Max mematung. Kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Gadis seperti tangan yang menamparnya satu per satu.

'Percuma kamu memiliki sesuatu yang berharga jika kamu tidak bisa menjaganya.'

Gumam Max dalam hati. Ia mengintropeksi bahkan mengintrogasi dirinya sendiri.

'Apa ayahku berharga?'

'Jika iya, mengapa justru dia yang selalu menjagaku?'

'Sampai kapan dia akan berhenti menjagaku?'

'Apa yang terjadi jika dia mulai berhenti?'

Seberisik dan seramai itu isi kepala Max sekarang. Ada sesuatu yang sangat menekan dirinya. Ia merasa shock tapi lain sisi ada sesuatu yang mendorongnya.

"Tolong tetap disisiku, Gadis."

"Ma-Max?"

"Kamu benar, aku harus melindungi Ayahku. Tolong beri aku kekuatan seperti ini setiap harinya."

"Selera humor mu bagus jug .."

"Aku butuh kamu."

Max menatap mata Gadis dengan tajam. Tidak pernah terjadi pria itu tegap dengan sendirinya dan tidak pernah seyakin itu pria itu menatap seseorang. Gadis yang melihat pemandangan langkah itu pun seakan terhipnotis, tanpa disadari ia menganggukan kepalanya. Padahal Gadis sudah berjanji untuk tidak ikut campur urusan Max lagi. Entah kedepannya seperti apa, ia sudah pasrah jika harus kena ceramahan Dame.

• • •

"Selamat pagi."

"Ini udah si-, SIAPA YANG BERSAMAMU GADIS?" kaget Cecil yang melihat Gadis membawa pria dibelakangnya.

"Temen."

"Temen apa demen?"

"Temen. Max kenalan sendiri. Kenalan aja, jangan deket." ucap Gadis kepada Max yang sebenarnya sambil menyindir Cecil.

"Posesif banget." goda Cecil.

Gadis tidak menggubris. Ia langsung masuk ke ruangan staff, meninggalkan Max sendiri. Max pun berpikiran ingin memesan segelas latte dulu sebelum pulang ke rumah. Jadi ia berpikir mengucapkan pamit ketika Gadis sudah masuk shift nya.

"Kenalin Cecil."

"Max. Salam kenal."

"Pacarnya Gadis?"

"Buk .."

"Eits, jangan bilang bukan. Bilang belum."

Max hanya tersenyum. Baginya terserah saja orang mau bilang apa, yang penting obrolan bisa segera berakhir.

"Aslinya, dia tidak suka bicara dengan laki-laki. Kalau diluar jam kerja dia bisa bicara apalagi menghabiskan waktunya untuk laki-laki artinya lampu hijau sudah menyala. Maju terus ya." hangat Cecil.

"Kapan terakhir dia seperti ini?"

"Itu .."

"MAX !"

Suara kencang terdengar dari ujung bar. Perempuan mengenakan kaos hitam dan apron coklat itu pun memantau dengan kedua tangan yang bertolak pinggang. Menghampiri Max dengan tatapan seperti ingin membunuh.

"Buka tangannya."

Max pun membuka kedua tangannya. Benar-benar pria penurut. Gadis segera meraih tangan dan menyemprotkan cairan dari sebuah botol kecil.

"Ini apa?"

"Hand sanitizer."

"Untuk?"

"Banyak kuman setelah salaman. Nanti gatelnya kebawa sampai rumah, repot."

"Oke, oke." Max mengiyakan meskipun ia masih bingung maksud dari Gadis.

"Ini harus dibawa kapanpun ya! Pokonya tiap salaman sama perempuan harus langsung disemprot."

"Kenapa cuma perempuan?"

"Banyak kuman tau. Nanti gatel, mau?"

"Enggak."

"Kalau gitu harus dilakuin!"

"Oke!" jawab Max yakin.

Tentu saja makna yang dimaksud Gadis dan Max berbeda. Gadis memakai istilah-istilah memberi pesan tersirat. Sedangkan Max benar-benar berpikir bahwa Gadis mementingkan kesehatan, meskipun itu hal kecil sekalipun.

Max pun pamit untuk pulang. Tentu saja handsanitizer yang diberi Gadis ikut pulang dengannya ke rumah. Mulai sekarang ia akan sibuk membereskan dirinya untuk melindungi ayahnya. Handsanitizer itu sudah seperti pengganti Gadis jika tidak ada disisinya.

Selang beberapa jam setelah pulangnya Max,

*Kring !*

"Halo selamat datang!" sapa Gadis.

"Halo Gadis, ketemu lagi." membalikkan senyum kepada Gadis.

"Hai, Kelvin."






Rapsberry Latte mengambil alih :
Terima kasih sudah membaca, semoga bisa menjadi teman dihari-hari kalian yah 😉
Jangan lupa komen disetiap babnya hehehe.
Aku suka baca setiap komen kalian. Karna perjalanan seorang penulis adalah perjalanan seorang pembaca.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang