"Aku Gadis."
Gadis sedikit menjulurkan tangannya. Namun pria itu sudah kembali menunduk dan mengangguk, tanda ia sudah tau namanya.
Melihat tingkah pria itu, Gadis tertawa kecil dan lama-kelamaan terdengar cukup keras. Kelvin dan teman-temannya pun sampai melihat ke arah mereka berdua. Namun bagi pria itu, sudah hal yang biasa dirinya ditertawai.
"Kamu benar-benar mirip tumbuhan putri malu. Sedikit-sedikit menunduk." lanjut Gadis dengan sisah tawanya.
Pria itu tidak menjawab, ia masih menunduk. Gadis yang sedikit ikut membungkuk pun tau bahwa pria itu sedang sedikit mengigit bibirnya. Gadis langsung mengangkat dagu pria itu.
"Jadi ini reaksimu, kalau orang-orang itu sedang tertawa?"
"Kalau saja kamu sedikit mengangkat kepalamu, mereka akan takut dengan ekspresimu." lanjutnya.
Setelah bertatap cukup lama, Gadis pun menghela nafas dan melepas dagu pria tersebut.
Gadis pun menjelaskan kepada pria itu kalau ada seseorang yang menyebutkan namanya, artinya ia ingin berkenalan. Tentu saja pria itu tau. Dia hanya malu untuk melakukan hal tersebut.
"Ulangi. Namaku .." Gadis mengambil tangan kanan pria itu menuju tangan kanannya.
"Max."
Suara yang tidak terlalu berat dan terdengar punya khas, mirip seperti aktor-aktor film yang diangkat dari novel. Jadi orang itu bernama Max.
"Namamu keren."
"Terima ka-"
"Tapi gayamu tidak sekeren namamu."
Max seketika tersenyum terpaksa. Itu sama saja seperti luka baretmu diperban lalu dilindas dengan traktor.
"Kamu selalu taat dengan mereka bukan? Kalau begitu, aku juga ingin buat satu aturan."
Max pun mengangguk tanda ia akan setuju dan melaksanakannya.
"Jika kita sedang berbicara, tidak boleh ada yang menunduk."
Mendengar peraturan itu, kepala Max langsung terangkat karna terkejut sekaligus tidak setuju. Ia tidak yakin bisa menyanggupinya.
"Wah benar-benar langsung dilakukan. Hebat!"
Bukan! Bukan itu maksud Max! Itu karna dia terkejut, Gadis. Bukan karna ia menuruti perintahmu.
"Hukumannya nanti akan kupikirkan."
Mulai detik itu, peraturan yang dibuat Gadis pun berlaku. Mereka berdua terlihat asik bercakap dimata Kelvin. Meskipun sebenarnya, Max hanya menjawab pertanyaan yang diberikan Gadis. Tapi dimata Kelvin dan temannya, Max lancar sekali bicara dengan orang asing. Bahkan mereka berempat pun jarang mendengar suara Max.
"Aku sebentar lagi harus masuk, kamu mau bergabung lagi dengan mereka?"
"Iya."
Gadis pun berdiri bersiap untuk meninggalkan tempat duduknya. Max yang melihatnya pun juga ikut berdiri.
"Terima kasih." ucap Max.
Gadis tidak mengatakan apapun. Ia hanya melambaikan tangan sambil berbalik badan. Menurutnya, ia tidak melakukan tindakan heroik. Tidak pantas untuknya mendapatkan ucapan terima kasih. Yah seperti itulah cara berpikir dan menyimpulkan anak itu.
Max pun kembali ke tempat duduknya semula. Rasanya lega tidak memaksa leher untuk terus melihat kedepan. Tapi lain sisi, ia tidak suka kembali ketempat itu.
"Wah, siapa yang sangka rencana ini berhasil."
sapa Kelvin ketika Max sudah duduk disebelahnya."Sekarang waktunya beri tau aku. Segala tentang dia."
Rapsberry Latte mengambil alih :
Terima kasih sudah membaca, semoga bisa menjadi teman dihari-hari kalian yah 😉
Jangan lupa komen disetiap babnya hehehe.
Aku suka baca setiap komen kalian. Karna perjalanan seorang penulis adalah perjalanan seorang pembaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
RomanceNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...