Kebetulan memang bisa datang dua atau tiga kali tetapi tidak dengan keberuntungan yang sama.
Rapsberry Latte
"Suatu kehormatan diundang makan malam secara pribadi dengan anda, ibu pemimpin."
"Tentu saja. Sudah seharusnya saya mengundang partner kerja yang berharga."
Lula dan tante Dziwo sedang berada di salah satu restaurat kelas elite milik chef dari prancis. Alunan nada biola mengiringi pembicaraan mereka. Kedua wanita itu ditemani lilin kecil serta segelas wine yang mendukung suasana semakin hangat dan dekat.
"Jujur, tadinya saya tidak terlalu berekpetasi tinggi tentang dirimu. Bahkan saya adalah orang yang menolak keras dirimu saat kami meeting beberapa hari yang lalu." tante Dziwo buka suara.
Lula tersenyum, "Saya sudah terbiasa dengan itu."
"Tapi sepertinya saya melihat kamu punya potensi itu." ia melipat kedua tangannya.
"Potensi?"
"Iya." Tante Dziwozona tersenyum tipis, "Potensi untuk menjadi penguasa."
Lula mengembalikan senyum kepada Tante Dziwo. Dia mengerti kalimat yang dilontarkan wanita itu. Tapi ia memilih untuk menjawab dengan senyuman, itu adalah jawaban yang sangat aman. Meskipun terlihat licik, tidak ada salahnya memiliki relasi dengan orang sebesar dia.
Lula mengangkat gelas winenya, "Untuk kesuksesan projek kita."
"Untuk kesuksesan 'projek' kita." tante Dziwo memberi penekanan.
Mereka pun bersulang menikmati wine. Banyak hal yang mereka rundingkan mulai dari photoshoot, berita seputar Lula dan Max tadi pagi sampai kadang terselip keluhan-keluhan tante Dziwo soal rumah tangganya yang sebetulnya tak seindah yang dibayangkan.
"Tapi apa benar isi berita tadi pagi, soal kamu tidak pernah dekat dengan seseorang?"
"Sejak awal karir, iya."
"Jadi sebelumnya kamu pernah punya pacar?"
"Iya." Lula melihat mata tante Dziwo dengan tajam, "Saya hanya merasa memilih pasangan dan membangun karir tidak bisa dilakukan bersamaan." lanjutnya.
"Jadi kamu merasa laki-laki itu adalah hambatan kita?"
'Kita?' Lula merasa ia tidak menyeret tante Dziwo untuk menjadi satu prinsip dengannya. Apa sebenarnya kebetulan prinsip mereka sama? Tapi sepertinya tante Dziwo bukan tipe perempuan yang dominan. Mengingat suaminya adalah pemilik perusahaan sebesar itu. Ia selalu terlihat istri yang turut dengan suami.
"Iya. Kurang lebih seperti itu." senyum Lula seolah merasa tidak aneh.
Lula diam sejenak. Sepertinya dia sedang memikirkan rencana yang bagus. Mendapatkan lirikan tante Dziwo merupakan kesempatan emas. Dia akan menggunakan moment ini untuk mengambil hatinya.
"Ibu pemimpin."
"Iya?"
"Bagaimana setelah jadwal photoshoot saya besok, kita pergi ke Plaza Indonesia. Saya rasa selera fashion kita 'cocok'." ajak Lula.
Tante Dziwo pun mengiyakan ajakan Lula tersebut. Setelah menikmati makan malam, mereka bertemu besok sesuai tempat dan jam yang sudah dijanjikan.
• • •
Hari Minggu pagi hari ...
Di ruangan yang tidak bisa dikatakan besar tapi juga tidak kecil, seluruh isi ruangan sedang sibuk mempersiapkan photoshoot. Photographer beserta kru kecilnya yang menyiapkan lightning dan properti. Willy yang mempersiapkan pakaian. Serta Lula yang sedang didandani oleh make up artist.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
RomanceNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...