24. Keluarga Nathanael : Allula Gladis Nathanael?

658 72 0
                                    

Mempunyai wajah cantik memang menawan
Tapi menjadi wanita yang cerdas siapa yang tak tahan?
Karna paras mudah sekali rapuh
Tapi cara berpikir sulit untuk diruntuh

Rapsberry Latte

Disisi lain bumi ini, ada satu rumah yang terselip di kota besar Jakarta. Rumah yang bisa dikatakan megah untuk orang-orang kecil seperti Gadis yang hanya tinggal dikamar sepetak. Pagarnya saja sudah selebar satu bangunan kosan Gadis.

"Kamu tetep mau ikut papa ke kantor? Emangnya gak capek kemarin habis pergi?" ucap seorang pria yang duduk ditengah meja panjang

"Enggak."

"Gitu dong semangat. Papa seneng deh." senyum pria itu.

"Kenalin papa dong orang yang buat kamu berubah, papa mau berterima kasih."

"...."

"Kalau dia belum mau kenalin, jangan paksa dia." tegas seorang wanita.

Suara ruangan itu kembali hening. Begitulah suasana istana Max. Penuh kecanggungan dan tata kerama. Mereka jarang saling bicara, bahkan saat makan saja, meja makan mereka terlalu besar memisahkan mereka untuk bicara satu sama lain. Dan di sisi lain..

"GADIS! DAME!" teriak suara berat di ruangan staff.

"Hadir! Siap Kapten!" balas Gadis sambil memejamkan mata dan tangan hormat. Sementara Dame hanya bisa menunduk.

"KALIAN ITU.."

"Siap! Maafkan kami komandan!" Gadis memotong.

"Jadi dia kapten apa komandan?" bisik Dame.

"Tua bangka.." balas Gadis.

"MENDADAK PERGI KE ICELAND, LALU LIBURAN SEMINGGU PENUH CUMA BAWA INI?!"

"Hah?! MEMANGNYA KAMU MAU DIBAWAIN APA PAK TUA?!" Gadis yang takut menjadi emosi, ia menghabiskan uang yang banyak untuk membeli barang-barang itu.

"GUNUNG ES KEK!"

"NYAMPE JAKARTA MENCAIR!"

Nanda hanya tertawa, ia hanya mengerjai karyawannya. Memang seperti itu Nanda. Gadis pun kembali mencuci piring.

"Sering-sering yah keluar negri bareng pacarmu." Nanda membuka obrolan lagi.

"Kenapa? Mau dibawain oleh-oleh lagi?" nyiyir Gadis.

"Bukan. Pengganti yang dikasih pacarmu lebih hebat soal kopi ketimbang kamu. Hahaha."

Gadis kembali berbalik badan, ia ingin sekali memukul Nanda namun tertahan oleh Dame.

"Dame tahan aku!" Gadis emosi.

"Kok tahan?"

"KALAU AKU MEMUKULNYA NANTI AKU GAK KERJA!"

Begitulah kondisi cafe Gadis. Bising dan kacau jika masuk keruangan staff. Dame harus memikul beban yang berat. Pertama, tingkah pemilik cafenya yang bodoh dan pegawainya yang seratus kali lipat lebih bodoh.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang