38. Rahasia

371 57 16
                                    

Manusia setidaknya punya tiga wajah.
Wajah pertama ditunjukan orang lain, wajah kedua dinikmati diri sendiri dan wajah ketiga ditunjukan kepada orang yang mereka percaya. Diantara ketiga itu, wajah ketiga harus dipilah baik-baik.
Karna manusia hanya sejauh satu hasta dari kata pengkhianatan.

Rapsberry Latte

Lantai berkilau seperti dipel dua ratus kali per hari, sejuk seperti disetiap langkah selalu ada AC di atas kepalamu, kumpulan brand terkenal dengan harga spektakulernya berkumpul di sini. Lula dan tante Dziwo sedang berada di sebuah tenant fashion brand terkenal asal dari Italia.

"Kamu tau, suami saya itu tidak suka jika saya membeli tas branded seperti ini."

"Orang-orang yang uangnya tidak berseri selalu saja begitu."

"Kadang jika sudah bertengkar hebat, dia keceplosan membandingkan saya dengan mantan istrinya."

Lula terkejut dengan pernyataan tante Dziwo. Ia tidak berekspetasi bahwa wanita yang tampak dingin ini bisa bicara seterbuka ini dengannya. Yang terlihat kaku seperti robot ternyata masih memilik perasaan dan emosi seperti manusia.

"Padahal setiap orang berbeda-beda." Lula membuatnya semakin panas.

"Mantan istrinya itu selalu saja berlagak rendah hati. Munafik."

"Kenapa mereka bercerai?" Lula penasaran.

"Bukan bercerai tapi meninggal, dan sifat merendahnya yang menyebalkan itu turun ke anaknya."

"Anaknya? Maksudmu Max?"

"Iya. Mereka benar-benar sama persis. Itu sangat mengganggu."

Lula mengangguk. Ia berdiam sebentar memikirkan sesuatu untuk diucapkan.

"Ibu pemimpin."

Tante Dziwo menengok ke arah Lula.

"Kamu pernah dengar kata jika ada tikus mengganggumu, bakar saja lumbungnya."

"Saya tidak pernah dengar peribahasa itu."

"Iya. Saya asal buat tadi."

Tante Dziwo tertawa, pun Lula. Kecocokan antara mereka berdua pelan-pelan terbangun. Dipertengahan jalan santai mereka, sekitar lima sampai sepuluh orang wartawan menyerbu mereka. Di saat yang bersamaan, notifikasi ponselnya bunyi. Itu adalah pesan dari Max.

Max
Tadi saat ingin masuk mobil,
wartawan datang lagi. Lalu
saya bilang : Maaf saya sedang buru-buru.
Tanya Lula saja, dia ada di PI sekarang.

Sial! Di saat obrolannya dengan tante Dziwo sudah mulai dalam terputus dengan keributan dadakan ini. Mereka pun tidak mungkin lari di dalam mall, itu akan sangat mengganggu. Mau tidak mau Lula harus menjawab pertanyaan para wartawan sampai puas dan pergi.

"Lulatte, apa sebenarnya status hubungan anda?"

"Sudah berapa lama anda dekat dengan Max?"

"Kapan kalian memutuskan untuk tunangan."

Kata para wartawan itu.

"Ah maaf, saya sedang .."

"Tentang pertunangan sedang kami pikirkan." potong tante Dziwo.

"Apa anda orang tua dari Lula?" tanya seorang wartawan.

"Ah .. tante Dziwo adalah ibunya Max."

Tante Dziwo melirik ke arah Lula. Ia mendengar dengan jelas Lula tidak memanggilnya dengan sebutan ibu pemimpin.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang