"Bangun boleh siang, tapi jangan sampai jadi pahlawan kesiangan." sindir Dame.
"Bukan urusanmu."
"Bukan urusanmu juga ikut campur dengan laki-laki itu."
Gadis masih terus memandangi kelompok pemuda itu dibalik mesin kopinya. Padangannya terjeda. Bahkan jika ia tidak marah, matanya sudah cukup tajam.
*Plakk !*
Dame menepuk kening Gadis dari belakang.
"Sudah, sudah, hentikan tatapan menyebalkan itu."
Gadis berbalik arah. Mata tajamnya masih membekas ketika ia melihat Dame.
"Huaa .." Gadis menguap.
"Sudah waktunya istirahat. Aku ngantuk dan lapar. Jadi aku harus tidur atau makan ya .."
lanjutnya sambil membuat secangkir kopi, lalu pergi meninggalkan bar."Huah ! Mata yang mendominasi itu benar-benar menyebalkan !" gerutu Dame.
Tidak lama mengatakan itu, Gadis pun keluar dari ruang staff.
"Eh? Sudah selesai makan?"
"Bukannya aku bilang aku ngantuk dan lapar."
"Iya."
"Untuk menghilangkan rasa kantuk kamu butuh kopi, sedangkan lapar kamu perlu rokok."
Begitulah isi kepala Gadis. Kesimpulan yang ia buat tidak bisa diterima banyak orang. Padahal penyelesaian yang benar seharusnya kamu makan yang cepat dan kemudian tidur sampai jam istirahat berakhir. Tapi tidak dengan manusia satu ini.
Gadis duduk dimeja pelanggan yang kosong , mendengarkan musik dengan earphonennya dan mulai menyalakan rokoknya. Tidak lama kemudian ada seseorang duduk didepannya. Orang dengan sweater putih.
"Katanya ia mau berkenalan denganmu." suara terdengar dua meja lebih jauh dari tempat duduknya.
Sesuai tebakan Gadis, suara menyebalkan itu berasal dari Kelvin.
"Ngerokok?" tanya Gadis.
Namun pria itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Tahan bau asap rokok?" tanya Gadis sekali lagi dan pria itu pun menjawab sama.
"Oke. Duduk sini aja kalo gitu."
Gadis mematikan rokoknya dan meninggalkan tempat duduk itu. Pergi meninggalkan pria itu sendirian. Pria itu tidak berkata sedikitpun, hanya kepalanya saja yang semakin menunduk. Tentu saja Kelvin dan teman-temannya tertawa puas dengan apa yang mereka lihat. Meskipun dipermalukan temannya sendiri, pria itu tidak pernah membalas. Atau mungkin, ia tidak berani membalas.
"Maaf lama, tadi habisin satu batang dulu di parkiran."
Suara yang sempat hilang beberapa menit yang lalu, akhirnya muncul kembali. Karna terkejut, pria itu pun melihat asal suara tersebut. Ia memastikan apa pendengarannya salah atau tidak.
"Akhirnya aku bisa melihat wajahmu."
"Wajahmu cukup tampan, kenapa kamu selalu menunduk?" lanjutnya.
Dari awal mereka bertemu memang benar pria itu selalu menunduk. Jadi bisa dibilang ini adalah pertama kali pria itu melihat wajah Gadis. Tapi sayangnya, pandangan pertama pria itu adalah wajah Gadis tanpa topeng.
Kamu ingat kan? Gadis hanya akan memakai topeng ketika berada didalam bar. Ketika sudah diluar bar, ia akan menjadi dirinya yang sebenarnya.
Seorang perempuan dengan nada bicara datar, tatapan yang dingin dan tidak ada lengkungan senyum yang melekat dibibirnya.
Rapsberry Latte mengambil alih :
Terima kasih sudah membaca, semoga bisa menjadi teman dihari-hari kalian yah 😉
Jangan lupa komen disetiap babnya hehehe.
Aku suka baca setiap komen kalian. Karna perjalanan seorang penulis adalah perjalanan seorang pembaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
RomansaNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...