"Quin, kamu bisa make up gak sih?!"
"Apa?!"
"Bedak ditanganku lebih tebal daripada diwajahku! Dasar aneh!"
"Kalau begitu, tato wajahmu juga. Dengan begitu make up nya akan lebih tebal tiga kali lipat dari tanganmu yang sekarang!"
Begitulah keadaan kamar Quin saat ini. Kamar besar yang sunyi, sekarang menjadi sangat bising untuk kamar yang diisi tiga orang perempuan saja. Malam ini adalah malam yang ditunggu oleh mereka bertiga. Bagaimana tidak, mereka sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Walaupun sebenarnya yang antusias hanyalah Quin. Dame hanya merespon pesta ini sewajarnya sedangkan Gadis, ia bahkan hanya mengikut apa yang disarankan Quin.
Kira-kira pukul 6 malam, Eden menjemput Gadis dan Dame. Sedangkan Quin akan pergi bersama ayah dan ibunya. Sesampainya mereka di rumah Max, mereka bertiga di sambut oleh pria yang berdiri di dekat pintu masuk. Pria yang berbeda dratis penampilannya tapi tetap bisa dikenal baik karna ciri khasnya yang selalu aneh.
"Max, kayaknya 'aneh' itu udah bagian dalam diri kamu." sapa Gadis.
"Um.. kenapa? Apa rambutku terlihat aneh? Jasku jelek?" Max sibuk melihat penampilannya.
"Tidak. Jas & gaya rambutmu keren. Tapi kenapa harus minum susu di saat seperti ini sih!" Gadis tertawa kecil.
Max membalas tawa perempuannya itu dengan senyuman tulus. Tatapannya tidak berhenti memperhatikan Gadis dari atas sampai bawah.
"Mesum!"
"Bu-bukan begitu."
"Terus apa?!"
Saat Max ingin menjelaskan maksudnya kepada Gadis, pintu terbuka kembali. Empat laki-laki mempesona tersebut mencuri perhatian para pengunjung. Mereka memang selalu berhasil menjadi sorotan dimanapun mereka berada.
"Cantik." ucap Kelvin yang langsung menghadap ke Gadis.
"Terima kasih." cuek Gadis.
'Harusnya aku yang bilang begitu tadi!" kesal Max dalam hati.
Disaat yang sama, ada sepasang mata yang saling melirik canggung. Alex dan Dame sekarang seperti orang asing yang sebelumnya pernah saling bersapa.
Sementara Eden melihat ke luar ruangan dari pintu yang belum seluruhnya tertutup.
"Ada yang harus saya ambil, saya permisi sebentar." Eden pamit kepada Max.
"Gadis!" panggil suara pria.
Ketika ia tau siapa yang memanggilnya, tanpa berpikir panjang, Gadis pun menghampiri pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
Lãng mạnNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...